WELCOME TO CONSUMEDIA INDONESIA BLOGSITE


Kamis, 18 Oktober 2012

Teh Tradisional Jepang dalam Kemasan Botol

Suntory Garuda Beverage meluncurkan produk baru minuman non alkohol hasil "joint venture" untuk memperkuat pasar di tengah pertumbuhan permintaan minuman di Indonesia yang mencapai sekitar 8% per tahun.
 
Sebuah inovasi baru dengan mengemas kesegaran ocha dalam botol, yaitu Mirai Ocha. Ocha kemasan botol plastik ini dihadirkan dalam tiga rasa, yaitu original, madu, dan sakura.

"Mirai Ocha dijual secara bebas di supermarket, sehingga konsumen tidak lagi harus mencari ocha di restoran," kata Presdir SGB Hartono Atmadja,saat peluncuran Mirai Ocha di Ballroom Four Season Hotel, Jakarta.

Jika biasanya ocha dinikmati dengan rasa yang tawar, Mirai Ocha disajikan dalam rasa yang manis. Namun kandungan gula dalam teh hijau kemasan botol ini masih aman dikonsumsi sehingga tak membuat tubuh cepat gemuk.

Dalam sebotol Mirai Ocha, Anda juga bisa mendapatkan beragam edukasi tentang kebudayaan Jepang. Ocha juga memiliki banyak nilai budaya dan seni, karena untuk menghasilkan ocha yang enak harus melewati proses yang panjang dan lama.

Hartono mengatakan prospek pasar minuman di Indonesia sangat cerah, karena pertumbuhannya mencapai sekitar 8% per tahun. Oleh karena itulah, untuk memperkuat penguasaan pasar, pihaknya terus melakukan inovasi dengan meluncurkan produk baru. "Produk minuman memberi kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan grup, yaitu sekitar 20-30%," katanya.

Untuk mencapai target peningkatan penjualan sebesar 5 kali itu, SGB, kata dia, akan juga akan memperluas pasar ekspor yang sekarang masih sangat kecil. "Saat ini kami masih konsentrasi ke pasar dalam negeri, ekspor masih sangat kecil ke Brunei Darussalam dan Papua Nugini," ujar Hartono.

Kapitalisasi minuman nonalkohol
Saat ini kapasitas produksi minuman nonalkohol SGB mencapai sekitar 100 juta unit per tahun, yang menurut Mitsu, sebagian besar masih berupa kemasan cup. Ke depan, lanjut Mitsu, tidak tertutup kemungkinan pihaknya memperluas produksi minuman nonalkohol dalam kemasan botol dan kaleng.SGB merupakan produsen minuman nonalkohol berupa teh (Mountea), kopi (Kopyes), dan minuman rasa buah dalam bentuk jelly.

Mirai Ocha diharapkan dapat menjadi pilihan baru untuk minuman siap minum dalam kemasan botol, yang dapat menarik konsumen untuk berpaling ke minuman berkategori Ocha ini."Kami percaya inovasi produk merupakan hal yang penting bagi konsumen minuman siap minum dalam kemasan botol di Indonesia yang selalu mencari hal baru untuk dicoba," jelas Keisuke Inakagi, Marketing Director Suntory Garuda Beverage,

Menurutnya sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia untuk minum teh dimana dan kapan saja. Hal itu menjadi pertimbangan SGB menghadirkan Mirai Ocha dalam kemasan botol dirasa paling sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang cenderung bergerak aktif dan dinamis. Dengan diluncurkan produk ini untuk orang-orang muda yang suka menikmati minuman dalam kemasan botol, karena mereka menyukai hal-hal praktis.

Di negeri asalnya, ocha dapat ditemukan di mana saja dan dinikmati kapan saja. Ocha merupakan teh tradisional khas Jepang yang erat kaitannya dengan 'Negeri Sakura' selama berabad-abad.Ocha juga merupakan jenis minuman yang menjadi bagian penting dalam kebudayaan dan kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang.

Bibit ocha hadir di Jepang pada abad ke-13 atau sekitar 800 tahun yang lalu. Awalnya, ocha digunakan hanya untuk pengobatan, bukan minuman sehari-hari. Budaya minum ocha dimulai pada abad ke 15 oleh kalangan samurai dan kaum terpelajar.Sedikit demi sedikit, ocha mulai menjadi dasar filosofi gaya hidup masyarakat dan karateristik kebudayaan Jepang sampai sekarang.''Proses pembuatan ocha memang terbilang panjang,'' ujar Keisuke Inakage.

Lebih lanjut, daun teh yang dihasilkan perkebunan Jepang memang memiliki kualitas yang baik karena metode kultivasi yang spesifik dan canggih. Adapun Kagoshima, Shizuoka, dan Uji adalah daerah utama penghasil ocha di Jepang.Perkebunan Ocha di Shizuoka dan Kagoshima besar dan datar, sedangkan di Uji cukup berbukit. Inilah yang menyebabkan rasa ocha berbeda-beda

Seperti diketahui, GarudaFood sepakat melakukan Joint Venture di industri minuman nonalkohol dengan perusahaan Jepang, Suntory Beverage & Food (SBF) pada 14 Juli 2011 dengan mendirikan Suntory Garuda Beverage.Langkah tersebut merupakan salah satu strategi pertumbuhan melalui Strategy Partnership untuk memperkokoh kiprah  kedua belah pihak di bisnis minuman dan mewujudkan visi dan goal perusahaan ke depannya.

Saat ini Suntory Garuda Beverage memiliki beberapa kategori, yaitu teh, kopi, dan minuman rasa buah. Adapun, produk eksisting SGB yang sebelumnya telah sukses dikembangkan di pasar Indonesia adalah Okky Jelly Drink, Mountea, Koko DRink, Kopyes, dan Okky Jell-O Blast. (dbs)

Rabu, 03 Oktober 2012

Mengamati Pertumbuhan Pasar Food Ingredients Indonesia

Di 2012, pasar makanan dan minuman di Indonesia nyaris tak pernah sepi, bahkan terus bertumbuh sepanjang tahun. Mulai dari produk bahan makanan dasar, termasuk food ingredients, hingga bahan-bahan pendukung makanan dan minuman (mamin) kemasan yang sebagian masih harus diimpor. 

Menguatnya pasar mamin di Indonesia sejak lima tahun terakhir tumbuh rata-rata 41% memacu kemajuan industri makanan olahan, yang kini makin menjadi incaran pelaku usaha.

Perilaku konsumen dan populasi penduduk besar, di Indonesia menjadi sasaran pasar para pelaku bisnis mamin. Apalagi memiliki demand yang nyaris tak pernah surut di tengah krisis ekonomi sekalipun. 

Dengan pertumbuhan ekonomi yang makin membaik, 6,17% sepanjang triwulan III-2012 dibanding periode sama tahun sebelumnya, gairah ekonomi Indonesia tergolong atraktif yang berdampak pada tingginya permintaan aneka produk makanan dan minuman. Sektor Industri Pengolahan merupakan kontributor pertumbuhan ekonomi terbesar pada triwulan III-2012 bila dibandingkan dengan triwulan III-2011, sebesar 1,62%.

Meningkatnya pendapatan per kapita (GDP) yang menembus US$ 3.000, telah mendorong lahirnya konsumen baru di kelas menengah. Para produsen dan retailer produk mamin telah meyiapkan berbagai pilihan produk olahan terutama barang konsumsi harian (fast moving consumer goods/FMCG) termasuk kue, biskuit, mie instan, susu, gula, kopi dsb.


Sepanjang 2008-2009, nilai konsumsi makanan di Indonesia mengalami pertumbuhan 2,34%, melonjak hingga 11,22% pada 2009 dengan omset mencapai Rp 555 triliun. 

“Tren permintaan produk makanan dan minuman di Indonesia terus meningkat. Hingga akhir tahun 2012, pasar industri pangan nasional diperkirakan mencapai Rp700 triliun, naik sekitar 7,7% dari realisasi pasar tahun lalu sebesar Rp 650 triliun,” ungkap Yusuf Hady, Wakil Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) dalam paparan pers, di Jakarta, belum lama ini.

Food Ingredients Asia 2012 (FIA 2012)
Meski dibayangi ketidakpastian ekonomi akibat krisis ekonomi global yang terjadi tahun 2008 lalu, namun ekonomi ASEAN masih menggeliat, di mana tahun lalu tumbuh hingga level 4,7 %. Penguatan ekonomi, terjadi di semua negara di kawasan ini, termasuk Indonesia, di mana pada tahun lalu perekonomian Indonesia tumbuh hingga 6,5 % (BPS).


Dengan adanya kesepakatan bersama berupa cita-cita pencapaian Asean Economic Community (AEC) pada tahun 2015, kawasan ini diperkirakan akan menjadi kekuatan ekonomi baru di dunia.

Selain fundamental makro ekonomi yang makin kuat, kian tingginya permintaan domestik Asia juga menjadi potensi tersendiri, termasuk dari Indonesia.


Dengan populasi penduduk terbesar di ASEAN, Indonesia berkontribusi sebesar 51% dari total konsumsi bahan makanan di wilayah regional ini. Potensi ini mendorong para pelaku bisnis makanan olahan global ramai-ramai membidik Indonesia sebagai target pasar yang potensial.

“Di era perdagangan yang makin terbuka dewasa ini, pasar Indonesia sangat menjanjikan, termasuk bagi produk makanan dan minuman. Hal inilah yang mendorong kami menggelar eksibisi Food ingredients Asia (FiA) 2012 di Indonesia. Melalui eksibisi ini, kami ingin membantu pelaku usaha maupun supplier (pemasok) bahan baku food ingredients untuk berinteraksi langsung bahkan membentuk usaha patungan.

Selain itu bisa menjadi sarana untuk membuka akses langsung menuju pasar Asean yang terus berkembang,” ungkap Matthias Baur, Portfolio Director (Food) UBM Live, kepada eksekutif, usai pembukaan pameran FIA di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Oktober 2012.

Food ingredients merupakan unsur penting dalam industri makanan olahan untuk menghasilkan aneka produk makanan dan minuman dalam berbagai kemasan. Hal ini dapat dijumpai dengan makin beragamnya inovasi produk makanan dan minuman di kalangan industri yang ditawarkan pada konsumen melalui retailer. Tak hanya produk lokal, namun belakangan juga makin banyak diwarnai produk impor, mulai bahan baku dasar, food ingredient, maupun produk makanan jadi.

Sementara itu, M. Gandhi, Managing Director ASEAN Business UBM Asia, penyelenggara eksibisi ini menyatakan, event ini merupakan yang kedua kali digelar di Indonesia. Jumlah peserta expo tahun ini lebih dari 500 perusahaan dari berbagai negara. Produk dan jasa yang dipamerkan meliputi industri bahan baku makanan, seperti produk bakery, minuman, makanan, susu formula bayi, produk berbahan dasar susu, makanan olahan dan siap saji, penambah rasa, makanan vegetarian, suplemen makanan, serta berbagai bahan baku makanan dan minuman lain.

FIA telah ditetapkan sebagai salah satu platform jejaring usaha ASEAN yang diselenggarakan oleh UBM Asia, penyelenggara eksibisi berkelas internasional. Setelah sukses di Indonesia dan Thailand dalam dua tahun terakhir, Food ingredients Asia (FIA) akan digelar rutin secara bergantian antara antara Indonesia dan Thailand.

“Kami melihat kedua negara ini memiliki potensi pasar yang cukup besar yang bisa menjadi referensi dan platform jaringan bisnis di antara para pelaku industri ini. Selain itu, kedua negara memiliki peran penting sebagai pusat perkembangan pasar terbaik Asia Pasifik,” katanya.

Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Benny Wahyudi dalam acara pembukaan pameran Food Ingredients Asia mengakui potensi industri makanan dan minuman di Tanah Air sangat besar. Tingkat permintaannya juga terus meningkat, bahkan untuk memenuhinya, Indonesia masih banyak bergantung bahan baku dari impor. Ia mencontohkan, impor gandum tahun lalu mencapai mencapai 5,6 juta ton, gula 2,7 juta ton, dan kedelai 2 juta ton. 

“Ketergantungan kita terhadap bahan baku masih cukup besar. Seperti gandum, gula, dan kedelai. Bahkan untuk produk susu, sekitar 70% bahan bakunya juga masih mengandalkan impor,” katanya. (dbs)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...