WELCOME TO CONSUMEDIA INDONESIA BLOGSITE


Rabu, 15 Januari 2014

Minister: Economy to grow 5.8% to 6.1% in 2014

Finance Minister Chatib Basri says he remains optimistic that economic growth in 2014 will stand at 5.8 to 6.1 percent even though the World Bank (WB) has not revised its forecast for the country’s economic growth, which it set at 5.3 percent.

“What did the WB’s forecast look like last year? I think our forecast is much more accurate, that our economy will grow between 5.8 percent and 6.1 percent,” he said after speaking at the 2014 Indonesia Summit in Jakarta on Wednesday, as quoted by Antara news agency.

On Tuesday, the WB revised its growth forecast for the global economy for the first time in three years to 3.2 percent from 3 percent in 2014. It said such global growth might occur as the easing of austerity policies in advanced economies, such as Japan, the United States and European countries, supported their recovery from the global financial crisis.


Despite a revised growth forecast for the global economy, the WB did not revise its forecast for Indonesia.

The WB also projected that East Asia and the Pacific’s economy would grow by 7.2 percent in 2014, as in the previous year. It said East Asia and the Pacific’s economy was still affected by the global financial crisis so that this year, the region’s economy would grow at the same rate as in 2013.

Bank Indonesia (BI) projected that national economic growth in 2014 would be closer to the lower level of growth forecast of between 5.8 and 6.2 percent in line with the improved global economy.

However, BI Governor Agus Martowardojo has voiced optimism that 6 percent economic growth could still be achieved. “It’s still possible to reach the middle range of the target,” he said.

thejakartapost.com

Jumat, 10 Januari 2014

Unilever Realisasikan Belanja Modal untuk Ekspansi Kapasitas

PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), emiten produsen barang konsumsi harian, telah merealisasikan dana belanja modal sebesar Rp 800 miliar per kuartal III 2013, menurut direksi perseroan. Realisasi tersebut setara 80% dari anggaran belanja modal Unilever di tahun ini sebesar Rp 1 triliun.

"Dari budget belanja modal 2013 sebesar Rp 1 triliun, sampai September 2013 sudah terserap Rp 800 miliar digunakan untuk ekspansi kapasitas pabrik di daerah Cikarang dan Surabaya serta untuk membeli alat produksi ice cream," ujar Sancoyo Antarikso, Direktur Unilever (10/1/14)
.

Menurut dia, perseroan akan menggunakan dana belanja modal sebesar Rp 400 miliar di semester II 2013. Sancoyo menuturkan, dana belanja modal hingga akhir semester II masih difokuskan untuk peningkatan kapasitas.


“Kami telah menggunakan dana belanja modal hingga akhir semester I hingga Rp 600 miliar,” tutur Sancoyo. Dia optimistis anggaran dana belanja modal perseroan bisa terserap pada akhir 2013.

Unilever menganggarkan belanja modal sebesar Rp 1 triliun tahun ini, turun 16,6% dibanding anggaran tahun lalu Rp 1,2 triliun. Penurunan tersebut karena Unilever telah menganggarkan dana belanja modal yang relatif besar sepanjang 2010-2012 yang mencapai Rp 4,2 triliun.

Penambahan kapasitas produksi dilakukan seiring pertumbuhan permintaan produk perseroan tiap tahun, dan perkiraan kenaikan permintaan tahun ini. Unilever akan menambah lini produksi untuk produk-produk yang utilisasinya mencapai 80%. "Selain untuk peningkatan kapasitas, belanja modal tahun ini juga untuk revitalisasi sistem distribusi," jelas Sancoyo.

Penambahan kapasitas yang dilakukan sejak tahun lalu juga mendorong Unilever mencatat pendapatan sebesar Rp 23 triliun per kuartal III 2013, tumbuh 13,3% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp 20,3 triliun. Peningkatan pendapatan ditopang oleh penjualan di pasar dalam negeri dan ekspor yang masing-masing tumbuh sebesar 10% dan 20%.

Pertumbuhan penjualan ikut menyebabkan beban pokok penjualan perseroan meningkat 13,1% menjadi Rp 11,2 triliun secara tahunan. Laba kotor perseroan tumbuh 14,5% menjadi Rp 11,8 triliun.

Meski demikian, persentase pertumbuhan beban usaha sebesar 17,2% tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan persentase pertumbuhan pendapatan 13,3%, sehingga margin usaha perseroan tertekan hingga kuartal III 2013.

Sementara itu, PT Mandom Indonesia Tbk (TCID), emiten pesaing Unilever di segmen perawatan tubuh, mencatat peningakatan margin usaha sebesar 140 basis poin menjadi 13,8% hingga kuartal III 2013. Peningkatan margin usaha tersebut antara lain terjadi seiring dengan peningkatan beban yang lebih kecil dibanding pertumbuhan pendapatan.

"Meningkatnya beban pokok penjualan sebesar 8,8% menjadi Rp 979,8 miliar yang ditopang oleh kenaikan beban tenaga kerja tidak berdampak pada pertumbuhan laba kotor perseroan sebesar 14,9% menjadi Rp 580,3 miliar. Hal itu pada akhirnya juga menyebabkan kinerja laba usaha, laba bersih, beserta margin perseroan terus tumbuh," kata Takeshi Hibi, Direktur Utama Mandom Indonesia dalam keterangan tertulis.

Hingga September 2013, pendapatan perseroan tercatat sebesar Rp 1,56 triliun atau tumbuh 11,4% dibanding periode yang sama tahun 2012. “Peningkatan penjualan produk-produk perseroan baik di pasar domestik maupun ekspor mendorong kinerja pendapatan sepanjang periode tersebut," kata Hibi.

(consumediaindonesia)
 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...