WELCOME TO CONSUMEDIA INDONESIA BLOGSITE


Senin, 03 Februari 2014

Banjir dan Depresiasi Rupiah Dorong Inflasi Januari

Laju inflasi Januari 2014 diperkirakan lebih tinggi dari Desember 2013, karena terganggunya distribusi barang akibat banjir, dan masih ada dampak kenaikan harga barang karena melemahnya nilai tukar rupiah.  

Hasil polling IFT terhadap delapan ekonom dan analis dari lembaga kajian, perbankan, dan sekuritas didapat median inflasi Januari 2014 sebesar 1,04% (month on month), lebih tinggi dibanding Januari 2013 sebesar 0,55%. Sementara untuk year on year Januari 2014 sebesar 8,35%, sedikit lebih rendah dibanding Januari 2013 sebesar 8,38%. 


Gundy Cahyadi, Ekonom DBS Group Research Singapura, mengatakan beberapa tekanan inflasi masih terjadi pada Januari karena dampak yang belum hilang dari melemahnya nilai tukar rupiah, karena retailer tengah menyesuaikan harga mereka.   

“ Kami melihat meningkatnya risiko berasal dari gangguan disebabkan bajir di wilayah Jakarta dan beberapa kota di Indonesia,” katanya.

Inflasi inti diperkirakan akan mencapai 5,1%, karena diprediksi masih ada  tekanan inflasi. Inflasi akan mulai mereda  mulai Februari atau Maret.

Ryan Kiryanto, Kepala Ekonom PT Bank BNI Tbk (BBNI), mengatakan inflasi Januari diperkirakan di kisaran 0,9%-1,2% karena dampak banjir yang ekskalatif sehingga mengganggu distribusi barang, terutama kelompok bahan pangan. Selain itu juga ada gangguan pasokan, karena gagal panen. Banjir yang  mengganggu distribusi juga menyebabkan naiknya biaya distribusi.

Anton Hendranata, Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), mengatakan inflasi Januari diperkirakan akan naik menjadi 0,92% (month on month) dibanding 0,55% pada Desember 2013.

Meski inflasi Januari 2014 naik, tetapi masih lebih rendah daripada inflasi Januari 2013 sebesar 1,03%. Penurunan ini karena inflasi year on year Januari 2014 sedikit menurun menjadi 8,28%, dari 8,38%  pada Desember 2013.

Menurut Anton, inflasi lebih bersifat musiman, karena musim hujan lebat pada Januari yang menyebabkan banjir dan kemacetan lalu lintas di beberapa wilayah, sehingga mengganggu distribusi makanan.

“ Kami perkirakan harga bahan makanan seperti ikan, beras, telur, cabai, dan lainnya akan memberikan kontribusi yang lebih tinggi pada inflasi Januari 2014, meski sedikit lebih rendah dibanding Januari 2013,” katanya.

Sebaliknya inflasi inti (month on month) sedikit  menurun, sehingga inflasi Januari 2014 (year on year) menjadi 4,94%, dibandingkan dengan 4,98% pada Desember 2013. Hal ini disebabkan dasar inflasi Januari 2013 yang lebih tinggi (0,32% month on month pada Januari 2014 dibandingkan dengan 0,36% pada Januari 2013), karena permintaan sedikit  menurun.  

Harga emas perhiasan telah  memberikan kontribusi yang lebih signifikan pada inflasi inti.

Juniman, Ekonom PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BNII), mengatakan inflasi Januari 2014 diperkirakan 1,04% (month on moth) dan 8,84% (year on year).

Menurut Juniman, ada tiga faktor yang mendorong naiknya inflasi Januari. Pertama, banjir dan longsor yang mengganggu distribusi barang dan jasa. Di sisi lain gagal panen di sejumlah daerah, sehingga harga pangan naik. Banjir dan longsor ini hampir merata di seluruh Indonesia, sehingga harga bahan makanan naik. “ Harga mi goreng, daging sapi, daging ayam, telur, beras terigu, mie instan, susu, cabai, sayur mayur, dan ikan mengalami kenaikan,” katanya.

Kedua, kenaikan harga LPG 12 kilogram (kg) sebesar 17% atau Rp 10 ribu per kg. Di  sisi lain, harga BBM non subsidi naik  signifikan akibat depresiasi rupiah .

Ketiga, produsen menyesuaikan harga terkait dengan pelemahan nilai tukar rupiah. Sementara pada tahun lalu, inflasi Januari mencapai 1,03% karena miss management impor bahan makanan, dengan menerapkan kuota impor.
Comments
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...