WELCOME TO CONSUMEDIA INDONESIA BLOGSITE


Senin, 03 Februari 2014

Unilever Siapkan Belanja Modal Rp 1,1 Triliun

PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), emiten produsen barang konsumsi harian, menyiapkan belanja modal tahun ini sebesar Rp 900 miliar - Rp 1,1 triliun untuk peningkatan kapasitas produksi. Menurut direksi perseroan, anggaran belanja modal di 2014 akan didanai kas internal, pinjaman bank asing, serta pinjaman induk usaha.

"Dana belanja modal kami selalu improve. Tahun lalu Rp 1 triliun. Tahun ini belanja modal sedang kami finalisasi, kisarannya Rp 900 miliar - Rp 1,1 triliun," ujar Sancoyo Antarikso, Direktur Unilever.

Menurut dia, belanja modal tahun ini akan didanai kas internal, pinjaman bank swasta asing, serta pinjaman induk usaha. "Tapi, pendanaan pinjaman bank hanya minoritas," katanya tanpa memerinci lebih lanjut.


Berdasarkan laporan keuangan perseroan, hingga kuartal III 2013 kas Unilever mencapai Rp 520 miliar, naik signifikan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp 229 miliar. Pada periode tersebut, Unilever memperoleh pinjaman dari PT Bank Mizuho Indonesia sebesar Rp 250 miliar, JP Morgan Chase Jakarta Rp 150 miliar, dan Standard Chartered Bank Jakarta Rp 100 miliar. "Suku bunga atas pinjaman tersebut single digit," ucapnya.

Sancoyo menambahkan rata-rata nilai belanja modal perseroan dalam lima tahun terakhir cukup besar. Belanja modal Unilever sepanjang 2010-2012 mencapai Rp 4,2 triliun. Alokasi belanja modal ditujukan guna mendukung pertumbuhan kinerja keuangan perseroan.

Meski demikian, dia mengakui, sejak kuartal III 2013 permintaan barang konsumsi harian cukup tertekan oleh sejumlah faktor antara lain kenaikan tarif dasar listrik, pencabutan subsidi bahan bakar minyak (BBM), pelemahan rupiah, serta kenaikan suku bunga kredit. Pertumbuhan penjualan Unilever hingga kuartal III 2013 cenderung melambat menjadi 13% dibanding sebelumnya 16%. "Pertumbuhan penjualan melambat, tapi masih oke," paparnya.

Penambahan kapasitas yang dilakukan sejak tahun lalu juga mendorong Unilever mencatat pendapatan sebesar Rp 23 triliun per kuartal III 2013, tumbuh 13,3% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp 20,3 triliun. Peningkatan pendapatan ditopang oleh penjualan di pasar dalam negeri dan ekspor yang masing-masing tumbuh sebesar 10% dan 20%.

Pertumbuhan penjualan ikut menyebabkan beban pokok penjualan perseroan meningkat 13,1% menjadi Rp 11,2 triliun secara tahunan. Laba kotor perseroan tumbuh 14,5% menjadi Rp 11,8 triliun.

Meski demikian, persentase pertumbuhan beban usaha sebesar 17,2% tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan persentase pertumbuhan pendapatan 13,3%, sehingga margin usaha perseroan tertekan hingga kuartal III 2013. Margin usaha Unilever turun 23 basis poin menjadi 23,86% per kuartal III tahun lalu.

Sementara itu, PT Mandom Indonesia Tbk (TCID), emiten pesaing Unilever di segmen perawatan tubuh, mencatat peningkatan margin usaha sebesar 140 basis poin menjadi 13,8% hingga kuartal III 2013. Peningkatan margin usaha tersebut antara lain terjadi seiring dengan peningkatan beban yang lebih kecil dibanding pertumbuhan pendapatan.

"Meningkatnya beban pokok penjualan sebesar 8,8% menjadi Rp 979,8 miliar yang ditopang oleh kenaikan beban tenaga kerja tidak berdampak pada pertumbuhan laba kotor perseroan sebesar 14,9% menjadi Rp 580,3 miliar. Hal itu pada akhirnya juga menyebabkan kinerja laba usaha, laba bersih, beserta margin perseroan terus tumbuh," kata Takeshi Hibi, Direktur Utama Mandom Indonesia dalam keterangan tertulis.

Hingga September 2013, pendapatan perseroan tercatat sebesar Rp 1,56 triliun atau tumbuh 11,4% dibanding periode yang sama tahun 2012. “Peningkatan penjualan produk-produk perseroan baik di pasar domestik maupun ekspor mendorong kinerja pendapatan sepanjang periode tersebut," kata Hibi.

ift.com
Comments
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...