WELCOME TO CONSUMEDIA INDONESIA BLOGSITE


Kamis, 20 Oktober 2011

Kopi Indonesia Ditengah Dinamika Pasar Kopi Global

Masyarakat penikmat kopi di dunia tidak pernah meragukan cita rasa kopi Indonesia yang memiliki aroma dan rasa kopinya yang kaya selera. Mutlak kita pun tidak meragukan kopi produksi dalam negeri telah menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Label Indonesia sebagai produsen terbesar kopi dunia sudah jelas. Masuk peringkat ke 4 setelah Brasil, Vietnam dan Kolumbia, dengan sumbangan devisa cukup besar. 

Areal produksi kopi di Indonesia diperkirakan sekitar 1,3 juta hektare, yang tersebar dari Sumatra Utara, Jawa dan Sulawesi. Kopi jenis Robusta umumnya ditanam petani di Sumatra Selatan, Lampung, dan Jawa Timur, sedangkan kopi jenis Arabika umumnya ditanam petani di Aceh, Sumatra Utara, Sulawesi Selatan, Bali dan Flores.

Produksi  kopi Indonesia saat ini mencapai sekitar 650 ribu ton per tahun. Sebagian besar dari  jumlah itu  sampai saat ini diekspor ke berbagai negara di dunia seperti Amerika Serikat, Jerman, Jepang, Italia dan Singapura. Jumlahnya  sekitar 500 ribu ton per tahun. 

Ekspor dari Indonesia ini relatif kecil dibanding kebutuhan kopi dunia yang mencapai sekitar 6 juta ton per tahun. Meski demikian, kopi hasil produksi para petani di Indonesia itu sangat diminati di pasaran dunia karena memiliki mutu yang cukup tinggi.

Produktivitas kopi nasional masih rendah dan sangat jauh jika dibandingkan dengan produktivitas kopi di Vietnam yang mencapai 3 ton per hektare.

Coffee Market Overview Sept 2011
Di Indonesia, produktivitas kopi Robusta lebih tinggi dari produktivitas kopi Arabika yang akhir ini mulai banyak digemari petani Indonesia. Permintaan dunia yang tinggi terhadap kopi Arabika juga telah ikut mendorong Indonesia untuk meningkatkan produksi dan produktivitas kopi Arabika ini, yang secara rata-rata memiliki harga yang lebih tinggi.

Harga kopi Robusta dan Arabika di tingkat global mengalami kenaikan sangat signifikan dalam tiga tahun terakhir. Pada transaksi April 2011 harga kopi Robusta tercatat US$ 259 per ton, sangat jauh dibanding dengan harga rata-rata pada 2009 yang hanya US$ 165 per ton.

Demikian pula, harga kopi Arabika yang tercatat telah melampaui US$ 660 per ton, suatu lonjakan tinggi dibandingkan dengan harga rata-rata pada 2009 yang hanya US$ 317 per ton. Dengan kinerja ekspor yang mencapai 300 ribu ton saja, maka devisa yang dapat dikumpulkan Indonesia mampu mencapai US$ 77,7 juta.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI)   Pranoto Soenarto memperkirakan konsumsi kopi nasional bisa naik 20% pada tahun ini. Tentunya  membuat  optimis upaya peningkatan produksi kopi nasional   menjadi produsen utama kopi di dunia.

Mengingat, Brasil dan Vietnam masih mengandalkan peningkatan kualitas produk, jadi belum fokus untuk menggenjot produksi. "Saat ini, permintaan kopi di dunia tinggi. Harganya juga mulai tinggi. Seandainya 10% saja penduduk Indonesia minum kopi hingga tiga cangkir per hari, produksi kita habis diserap lokal,” kata Pranoto, dalam seminar Commodity Price Outlook 2012.

Pranoto menerangkan program peningkatan produksi dengan pengembangan lahan, harus difokuskan kepada petani. Sehingga, bisa menikmati pertumbuhan pasar kopi dunia.  "Kalau bisa, industri-industri perusahaan kopi skala besar-menengah tidak usah investasi di lahan lagi. Kita ajukan penambahan lahan petani saja. Jadi, industri di dalam negeri membeli dari petani," ujar Pranoto yang disambut tepuk tangan peserta seminar.

|  next page  |
Comments
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...