WELCOME TO CONSUMEDIA INDONESIA BLOGSITE


Kamis, 20 Oktober 2011

Kopi Indonesia Ditengah Dinamika Pasar Kopi Global (3)

Ke depan, dipastikan konsumsi kopi terus meningkat dan tuntutan kualitas juga akan terus meningkat dan dikhawatirkan akan terjadi kekurangan pasokan. "Itu menjadi sesuatu yang harus disikapi dan diwaspadai," kata dia.

Inti dari konsferensi kopi internasional belum lama ini yaitu masalah ketatnya pasokan dan konsumsi yang terus meningkat. International Coffee Organization (1CO), katanya, meminta negara produsen kopi untuk meningkatkan produksi sekaligus kualitas kopi.

Meningkatkan produksi untuk mengamankan jaminan pangsa pasar, katanya, negara produsen kopi harus mulai menggalakkan peningkatan produksi di dalam negeri. "Sambil tetap mengisi pasar ekspor.

Sebagai perlindungan sehingga tidak semata-mata mengandalkan pasar ekspor, tetapi juga harus meningkatkan pasokan di dalam pasar domestic,” ungkap Moenardji.

Jika bergantung penuh pada pasar ekspor, terjadi gejolak ekonomi di negara tujuan, kinerja ekspor akan terganggu sebagaimana yang terjadi tahun lalu. Moenardji optimistis dapat meningkatkan konsumsi kopi di dalam negeri mengingat pasar dalam negeri sangat potensial dan konsumsi domestik meningkat. "Produsen harus meningkatkan produksi kopi dan juga peningkatan kualitas. Ini penting, karena prospek kebutuhan akan kopi ini sangat besar baik di pasar ekspor maupun di dalam pasar domestik," katanya.

Dijelaskan  harga kopi robusta lebih murah dibandingkan dengan kopi Arabika, kendati volume Arabika di pasar dunia mencapai 70%, sedangkan kopi robusta hanya 30%. Berbeda dengan kondisi di Indonesia, justeru produksi kopi robusta mencapai 80%, sedangkan arabika hanya 20% dari total produksi kopi. 

Tantangan Mendatang 
AEKI menyimpulkan kondisi terkini perkopian di dalam negeri yang sedang menghadapi empat tantangan utama ditengah persaingan di pasar global yang makin ketat.

Tantangan, adanya perubahan yang fundamental pada sektor pertanian internasional yang menuntut adanya pembangunan ekonomi domestik tumbuh lebih stabil guna menghadapi lingkungan ekonomi internasional yang berubah, karena pengaruh liberalisasi.

Perubahan terjadi pada permintaan masyarakat yang menuntut kualitas tinggi, kuantitas besar, ukuran seragam, ramah lingkungan, kontinuitas produk dan penyampaian secara tepat waktu, serta harga yang kompetitif. Dari sisi penawaran yang terkait dengan produksi, perlu diperhatikan masalah pengurangan luas lahan produktif, perubahan iklim yang tidak menentu akibat fenomena  El-Nino dan La-Nina serta pemanasan global, adanya penerapan bioteknologi dalam proses produksi dan pasca panen, dan aspek pemasaran.

Yang tak kalah penting adalah tantangan dalam menghasilkan produk kopi dan olahannya berdaya saing kuat, baik di pasar domestik maupun internasional yang membutuhkan pengetahuan secara rinci terkait preferensi konsumen yang makin berkembang, termasuk tuntutan konsumen yang makin tinggi pada informasi nutrisi serta jaminan kesehatan dan keamanan pada setiap produk pertanian.

Terakhir adalah kemunculan negara-negara kompetitor yang menghasilkan produk sejenis seperti, Vietnam dan India yang semakin mempersulit pengembangan pasar kopi, baik di negara-negara tujuan ekspor tradisional ke Amerika Serikat, Jerman dan Jepang maupun negara-negara tujuan ekspor baru.

Dari tantangan diatas masih tersedia peluang-peluang untuk pengembangan perkopian Indonesia, sebagai berikut; 

Pertama, permintaan produk-produk kopi dan olahannya masih sangat tinggi, terutama di pasar domestik dengan penduduk yang melebihi 200 juta jiwa merupakan pasar potensial. 

Kedua, peluang ekspor terbuka terutama bagi negara pengimpor wilayah nontradisional seperti Asia Timur, Asia Selatan, Timur Tenga dan Eropa Timur. Walaupun perdagangan ke Timur Tengah masih sering terjadi dispute payment. 

Ketiga, kelimpahan sumberdaya alam dan letak geografis di wilayah tropis merupakan potensi besar bagi pengembangan agribisnis kopi. Produk kopi memiliki sentra produksi on-farm, yang hanya membutuhkan keterpaduan dengan industri pengolahan dan pemasarannya. 

Keempat, permintaan produk kopi olahan baik pangan maupun non pangan cenderung mengalami kenaikan setiap tahun, sebagai akibat peningkatan kesejahteraan penduduk, kepraktisan dan perkembangan teknologi hilir. Kelima, tersedianya bengkel-bengkel alat dan mesin pertanian di daerah serta tersedianya tenaga kerja. Seperti alat pemecah biji kopi, alat pengupas kulit kopi, dan lantai jemur. (dbs)

previous  |
Comments
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...