WELCOME TO CONSUMEDIA INDONESIA BLOGSITE


Selasa, 18 Desember 2012

Tantangan Terkini dalam Inovasi Susu untuk Anak

Permasalah gizi yang ada di  Indonesia saat  ini  dan menjadi tantangan besar bagi Industri susu dalam berinovasi. Dengan menjawab tantangan ini diharapkan industri susu di Indonesia dapat memberi sumbangan yang nyata terhadap peningkatan status gizi anak Indonesia dan pada akhirnya dapat menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang handal dan mampu bersaing dengan bangsa lain di dunia.


Pada intinya Indonesia memiliki empat tantangan besar untuk industri susu dalam berinovasi, yakni menyediakan gizi dengan harga terjangkau, menyediakan gizi untuk kecerdasan, memenuhi kebutuhan gizi anak untuk pertumbuhan optimal dan menyediakan gizi untuk kesehatan. 

1. Susu, gizi dengan harga terjangkau  

Masalah gizi kurang dan gizi buruk masih terjadi di Indonesia. Angka balita yang kekurangan gizi di tahun 2010 berdasarkan Riskesdas 2010 adalah 17.9% (13% balita kurang gizi dan 4.9% balita dengan gizi buruk). Angka ini sudah menurun dibanding 24.5% di tahun 2005 (data SUSENAS 2005).

Berbagai faktor menjadi penyebab kurang gizi pada  anak. Kemiskinan dinilai sebagai penyebab penting masalah kurang gizi karena keluarga miskin tidak dapat memenuhi asupan makanan yang cukup dan berkualitas. Dengan adanya pengenalan konsep 4 sehat 5 sempurna sejak tahun 1950, secara umum masyarakat Indonesia mengetahui bahwa salah satu peranan susu adalah untuk menyediakan gizi dan mencukupi kebutuhan gizi masyarakat.

Untuk mempertajam peranannya dalam mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, tentu saja susu harus dirancang tidak saja memiliki kandungan kalori dan protein yang cukup tetapi juga memiliki tingkat fortifikasi vitamin dan mineral yang sesuai.

Secara khusus, International Food Policy Research Institute (IFPRI), sebuah lembaga riset internasional merekomendasikan Vitamin A, Yodium dan zat besi sebagai zat gizi yang penting yang perlu diperhatikan. Fortifikasi ketiga zat gizi ini pada susu sudah dapat dilakukan sejak lama bersama sama dengan fortifikasi vitamin dan mineral lainnya. 

Walaupun susu dipercaya sebagai sumber gizi yang baik, pada kenyataannya tingkat konsumsi susu di Indonesia masih rendah, yaitu sekitar 11.8 liter per kapita per tahun.  Angka ini jauh lebih rendah dari Cina (20.76) atau bahkan Vietnam (14.05) ataupun Filipina (12.25). Rata rata setiap orang di Indonesia hanya meminum susu kurang dari segelas setiap minggunya atau hanya sekitar 30 ml per hari.

Hal ini sejalan dengan  rendahnya konsumsi pangan hewani, yaitu hanya sekitar 148 kkal  per kapita per hari, jauh dibawah anjuran 240 kkal per kapita per hari.

Seperti diuraikan sebelumnya, kemiskinan adalah penyebab penting masalah kurang gizi. Salah satu alasan masyarakat Indonesia untuk tidak membeli susu adalah karena harganya yang tinggi dan tidak terjangkau. Adalah tantangan yang cukup besar bagi industri susu Indonesia untuk menyediakan gizi berkualitas dalam  jumlah yang cukup dengan harga terjangkau.

Beberapa usaha seperti membuat produk minuman susu dengan protein yang lebih rendah dan kemasan yang lebih kecil dapat membantu menurunkan harga susu sehingga lebih terjangkau. Akan tetapi untuk mencapai kandungan protein setara dengan susu biasa diperlukan jumlah konsumsi yang lebih banyak yang pada akhirnya tidak memberikan harga yang lebih murah secara signifikan.

Saat ini, untuk memenuhi kebutuhan susu, Indonesia masih tergantung dari impor dengan harga yang relatif tinggi dan sangat fluktuatif. Beberapa usaha telah dan sedang dilakukan diantaranya adalah pembinaan petani susu untuk mendapatkan susu dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik dengan harga yang relatif stabil.

Usaha lain adalah mencari sumber protein alternatif untuk komponen susu misalnya kedelai dan bahan protein nabati lainnya. Selain kedua usaha tersebut, adalah tantangan yang cukup besar bagi industri susu untuk melakukan peningkatan efisiensi produksi, menekan biaya dan menahan laju peningkatan harga susu di Indonesia. 

2. Gizi untuk kecerdasan

Sejumlah penelitian telah menunjukkan peran penting zat gizi tidak saja pada pertumbuhan fisik tubuh tetapi juga dalam  pertumbuhan otak, perkembangan perilaku, motorik, dan kecerdasan.  Kekurangan gizi pada anak usia dini menyebabkan keterlambatan dalam pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, dan gangguan perkembangan kognitif. Selain itu, akibat kekurangan gizi dapat berdampak pada perubahan perilaku sosial, berkurangnya perhatian dan kemampuan belajar sehingga berakibat pada rendahnya hasil belajar. 

next page  |

Comments
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...