WELCOME TO CONSUMEDIA INDONESIA BLOGSITE


Rabu, 06 Maret 2013

Bahan Baku Makanan Tidak Efisien

Harga dan pasokan bahan baku makanan di Indonesia saat ini dinilai belum efisien bagi industri hilir, menurut kalangan produsen. Hal itu menjadikan produsen makanan hilir cenderung bergantung pada bahan baku impor.

Presiden Direktur PT Sriboga Raturaya (produsen terigu), Alwin Arifin mencontohkan gandum sebagai bahan baku terigu saat ini masih sulit dikembangkan Indonesia, karena kondisi lahan yang tidak mendukung. "Letak geografis Indonesia yang berbukit-bukit juga menjadi faktor kendala penanaman gandum, karena dalam menanam gandum membutuhkan lahan yang datar, sehingga para petani sulit mengembangkan tanaman gandum di Indonesia," ujar Alwin.



Kondisi itu membuat perusahaan saat ini masih bergantung pada pasokan gandum impor, khususnya dari Australia. "Kami mengimpor gandum dari Australia karena kualitas yang bagus dan harganya yang murah," kata Alwin.
Dalam pengadaan bahan baku gandum, saat ini Sriboga bekerja sama dengan perusahaan asal Jepang, Mitsubishi Corporation. Mitsubishi telah menanamkan investasi sebesar US$ 26 juta untuk pengembangan bisnis hulu dan hilir terigu bersama Sriboga.

"Investasi Mitsubishi dalam bentuk pembelian 10% saham PT Sriboga Flour Mill, dan difokuskan untuk meningkatkan kapasitas produksi terigu Sriboga dari 1.900 ton per hari menjadi 2.500 ton per hari dalam tiga tahun," kata Alwin. Dia menargetkan, tambahan dana segar dari Mitsubishi akan meningkatkan pasokan terigu Sriboga dan bisa memasok seluruh permintaan konsumen. 

"Dalam tiga tahun ke depan, perusahaan akan menargetkan mampu meningkatkan pasokan, baik untuk permintaan di Indonesia maupun permintaan dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara," ujar Alwin.

Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) menilai ketergantungan yang tinggi menyebabkan impor bahan baku makanan dan minuman terus meningkat. Nilai impor makanan dan minuman yang mayoritas berupa bahan baku tahun ini diperkirakan mencapai US$ 7 miliar, naik 16,6% dibanding tahun lalu US$ 6 miliar.

"Pemerintah diimbau untuk fokus di sektor hulu apabila tidak ingin impor terus meningkat," kata Adhi Siswaja Lukman, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia. 

Bahan baku produsen makanan dan minuman nasional saat ini sekitar 70% di antaranya masih diimpor. Tingginya impor bahan baku itu bisa mempengaruhi harga jual produk makanan dan minuman olahan di pasar domestik.

Asosiasi Pengusaha Bakery Indonesia (Apebi) menyatakan biaya bahan baku roti diperkirakan naik berkisar 7%-15% pada kuartal I tahun ini. Kenaikan itu terjadi karena produsen terigu menaikkan harga jual seiring peningkatan harga gandum dan pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

"Produsen bahan baku menaikkan harga jual ke kami produsen roti, karena mereka juga berupaya menjaga margin akibat naiknya biaya produksi, antara lain karena biaya upah yang naik," kata Chris Hardijaya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Bakery Indonesia. Kenaikan biaya bahan baku mendorong peningkatan biaya produksi roti sebesar 22% tahun ini.

Baca juga : Menyoal Lonjakan Impor Bahan Pangan

-------------------------------------------------------------------------------------------------
 
Comments
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...