WELCOME TO CONSUMEDIA INDONESIA BLOGSITE


Selasa, 18 Desember 2012

2012 : Pertumbuhan Industri Diproyeksi Turun Jadi 6,75%

Kementerian Perindustrian memproyeksikan realisasi pertumbuhan industri nonmigas 2012 mencapai 6,75%, turun dibanding realisasi pertumbuhan 2011 sebesar 6,83%.

Penurunan pertumbuhan industri disebabkan melemahnya kinerja beberapa sektor industri, seperti sektor industri tekstil, barang kulit dan alas kaki, industri kertas dan  barang cetakan, barang kayu dan hasil hutan lainnya serta sektor industri logam dasar besi dan baja. 

Bahkan kinerja sektor industri logam dasar besi dan baja pada tahun ini diperkirakan hanya tumbuh 4%, anjlok dibanding realisasi tahun lalu yang mencapai 13%. Penurunan kinerja industri logam dasar besi dan baja disebabkan mulai diterapkannya mekanisme impor terkait verifikasi bahan baku scrab.

Panggah Susanto, Dirjen Industri Basis Manufaktur
Kemenperin, mengatakan mekanisme verifikasi impor scrab diberlakukan untuk memastikan kualitas bahan baku scrap.  “Apabila mekanisme itu sudah berjalan diharapkan pertumbuhan industri sektor ini diharapkan dapat kembali tumbuh 5%,” kata Panggah.  
 

Benny Wahyudi, Dirjen Industri Agro Kemenperin, menambahkan penurunan sektor kertas dan barang  yang sempat minus pada kuartal III 2012 menjadi 6,54% disebabkan penurunan harga jual terhadap output barang. Kondisi itu turut mempengaruhi supply-demand industri kertas.
 
"Penurunan  sektor indusrri kertas juga terjadi karena permintaan turun. Oleh karena itu kami juga mengarahkan ke pasar yang daerah masih bertumbuh," kata dia.  Hingga akhir tahun sektor industri kertas dan barang cetakan diperkirakan tumbuh 4,9% dibanding tahun lalu 1,5%.


Menteri Perindustrian
MS Hidayat mengatakan di tengah kondisi yang dihadapi industri saat ini pemerintah masih mengharapkan beberapa sektor lain masih dapat menopang pertumbuhan industri hingga akhir tahun. Sektor tersebut antara lain makanan minuman, alat angkut, mesin dan peralatannya.

"Peningkatan itu terjadi seiring dengan tingginya tingkat konsumsi masyarakat serta menigkatnya invesatsi di sektor industri secara signifikan," kata dia.

Kemenperin juga mencatat terdapat beberapa realisasi investasi di sektor alat angkut dan komponen, misalnya investasi PT Denso Indonesia senilai Rp 1,3 triliun. Juga peningkatan investasi untuk pengembangan program mobil murah dan ramah lingkungan (low cost and green car/LGCC) terjadi peningkatan investasi (perluasan dan pembangunan pabrik baru).
 
Investasi yang ditanamkan PT Toyota Astra Motor, PT Astra Daihatsu Motor dan, PT Honda Prospect Motor, PT Suzuki Indomobil Motor dan PT Nissan Mobil Indonesia sebesar US$ 2,2 miliar untuk industri perakitan dan US$ 2,3 miliar untuk industri komponen.


Pada periode Januari-September 2012  nilai investasi PMA sektor nonmigas tercatat sebesar US$ 8,6 miliar atau tumbuh 65,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara investasi PMDN mencapai Rp 38,1 triliun atau meningkat 40,19% dubanding tahun lalu.


Target di Tahun 2013
Hidayat mengatakan pemerintah masih melihat peluang untuk meningkatkan kinerja industri tahun depan. Tingginya konsumsi masyarakat, pertumbuhan investasi serta proyeksi adanya perbaikan ekonomi di Amerika Serikat dan Jepang versi Bank Dunia, menjadikan pemerintah optimisitis  pertumbuhan  industri sektor non migas bisa mencapai 6,8%. "Bila upaya maksimal bisa dilakukan, industri non migas diperkirakan bisa tumbuh 7,13%," ujar dia.

 
Dengan angka itu artinya pertumbuhan industri nonmigas diharapkan bisa tumbuh di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional yang diprediksi mencapai 6,2%-6,7%  pada 2013. Adapun  sektor-sektor yang ditargetkan menopang pertumbuhan antara lain industri semen dan barang galian non logam, pupuk, makanan-minuman dan otomotif.


Pertumbuhan industri masih menghadapi sejumlah tantangan pada tahun depan terutama yang menyangkut masalah kondisi infrasruktur serta mahalnya biaya investasi. Salah satu upaya yang akan dilakukan pemerintah guna mendorong investasi adalah dengan melakukan optimalisasi pemberian insentif fiskal seperti tax holiday, tax allowence dan bea masuk ditanggung pemerintah (BMDTP).

 

Hidayat mengatakan terkait penetapan upah minimum pekerja yang akan diberlakukan di semua provinsi hal itu tidak akan mempengaruhi target pertumbuhan industri. "Target pertumbuhan industri sudah dengan asumsi kenaikan UMP (Upah Minimum Provinsi). Asalkan ada kesepakatan antara buruh dan pengusaha," kata dia.(*)

Tantangan Terkini dalam Inovasi Susu untuk Anak

Permasalah gizi yang ada di  Indonesia saat  ini  dan menjadi tantangan besar bagi Industri susu dalam berinovasi. Dengan menjawab tantangan ini diharapkan industri susu di Indonesia dapat memberi sumbangan yang nyata terhadap peningkatan status gizi anak Indonesia dan pada akhirnya dapat menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang handal dan mampu bersaing dengan bangsa lain di dunia.


Pada intinya Indonesia memiliki empat tantangan besar untuk industri susu dalam berinovasi, yakni menyediakan gizi dengan harga terjangkau, menyediakan gizi untuk kecerdasan, memenuhi kebutuhan gizi anak untuk pertumbuhan optimal dan menyediakan gizi untuk kesehatan. 

1. Susu, gizi dengan harga terjangkau  

Masalah gizi kurang dan gizi buruk masih terjadi di Indonesia. Angka balita yang kekurangan gizi di tahun 2010 berdasarkan Riskesdas 2010 adalah 17.9% (13% balita kurang gizi dan 4.9% balita dengan gizi buruk). Angka ini sudah menurun dibanding 24.5% di tahun 2005 (data SUSENAS 2005).

Berbagai faktor menjadi penyebab kurang gizi pada  anak. Kemiskinan dinilai sebagai penyebab penting masalah kurang gizi karena keluarga miskin tidak dapat memenuhi asupan makanan yang cukup dan berkualitas. Dengan adanya pengenalan konsep 4 sehat 5 sempurna sejak tahun 1950, secara umum masyarakat Indonesia mengetahui bahwa salah satu peranan susu adalah untuk menyediakan gizi dan mencukupi kebutuhan gizi masyarakat.

Untuk mempertajam peranannya dalam mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, tentu saja susu harus dirancang tidak saja memiliki kandungan kalori dan protein yang cukup tetapi juga memiliki tingkat fortifikasi vitamin dan mineral yang sesuai.

Secara khusus, International Food Policy Research Institute (IFPRI), sebuah lembaga riset internasional merekomendasikan Vitamin A, Yodium dan zat besi sebagai zat gizi yang penting yang perlu diperhatikan. Fortifikasi ketiga zat gizi ini pada susu sudah dapat dilakukan sejak lama bersama sama dengan fortifikasi vitamin dan mineral lainnya. 

Walaupun susu dipercaya sebagai sumber gizi yang baik, pada kenyataannya tingkat konsumsi susu di Indonesia masih rendah, yaitu sekitar 11.8 liter per kapita per tahun.  Angka ini jauh lebih rendah dari Cina (20.76) atau bahkan Vietnam (14.05) ataupun Filipina (12.25). Rata rata setiap orang di Indonesia hanya meminum susu kurang dari segelas setiap minggunya atau hanya sekitar 30 ml per hari.

Hal ini sejalan dengan  rendahnya konsumsi pangan hewani, yaitu hanya sekitar 148 kkal  per kapita per hari, jauh dibawah anjuran 240 kkal per kapita per hari.

Seperti diuraikan sebelumnya, kemiskinan adalah penyebab penting masalah kurang gizi. Salah satu alasan masyarakat Indonesia untuk tidak membeli susu adalah karena harganya yang tinggi dan tidak terjangkau. Adalah tantangan yang cukup besar bagi industri susu Indonesia untuk menyediakan gizi berkualitas dalam  jumlah yang cukup dengan harga terjangkau.

Beberapa usaha seperti membuat produk minuman susu dengan protein yang lebih rendah dan kemasan yang lebih kecil dapat membantu menurunkan harga susu sehingga lebih terjangkau. Akan tetapi untuk mencapai kandungan protein setara dengan susu biasa diperlukan jumlah konsumsi yang lebih banyak yang pada akhirnya tidak memberikan harga yang lebih murah secara signifikan.

Saat ini, untuk memenuhi kebutuhan susu, Indonesia masih tergantung dari impor dengan harga yang relatif tinggi dan sangat fluktuatif. Beberapa usaha telah dan sedang dilakukan diantaranya adalah pembinaan petani susu untuk mendapatkan susu dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik dengan harga yang relatif stabil.

Usaha lain adalah mencari sumber protein alternatif untuk komponen susu misalnya kedelai dan bahan protein nabati lainnya. Selain kedua usaha tersebut, adalah tantangan yang cukup besar bagi industri susu untuk melakukan peningkatan efisiensi produksi, menekan biaya dan menahan laju peningkatan harga susu di Indonesia. 

2. Gizi untuk kecerdasan

Sejumlah penelitian telah menunjukkan peran penting zat gizi tidak saja pada pertumbuhan fisik tubuh tetapi juga dalam  pertumbuhan otak, perkembangan perilaku, motorik, dan kecerdasan.  Kekurangan gizi pada anak usia dini menyebabkan keterlambatan dalam pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, dan gangguan perkembangan kognitif. Selain itu, akibat kekurangan gizi dapat berdampak pada perubahan perilaku sosial, berkurangnya perhatian dan kemampuan belajar sehingga berakibat pada rendahnya hasil belajar. 

next page  |

Tantangan Terkini Dalam Inovasi Susu Untuk Anak (2)

Dalam perkembangannya, industri susu telah melakukan banyak penelitian untuk menemukan komponen gizi yang baik secara alamiah terdapat di dalam susu atau yang dapat ditambahkan ke dalam susu dan dapat membantu pertumbuhan otak dan diharapkan dapat mengoptimalkan kecerdasan anak.

Dimulai dengan pemenuhan gizi dasar untuk otak seperti zat besi dan yodium dan berlanjut ke asam lemak seperti asam linoleat, asam linolenat, DHA, ARA, komponen karbohidrat seperti asam sialat, eksplorasi terhadap komponen penunjang pertumbuhan dan perkembangan otak ini akan terus berlanjut hingga beberapa tahun kedepan. Tidak hanya komponen itu sendiri tetapi juga level yang tepat yang dapat memberikan manfaat sesuai dengan bukti ilmiah  yang ada. 

3. Gizi untuk tumbuh optimal
Di awal artikel ini disebutkan bahwa salah satu harapan konsumen adalah mendapatkan gizi untuk menunjang pertumbuhan optimal yang ditunjukkan dengan berat dan tinggi badan anak. Hal ini sesuai dengan tolok ukur yang digunakan secara internasional oleh WHO. WHO telah menyediakan standar baku rujukan berat badan dan tinggi badan menurut umur yang dapat digunakan untuk mencerminkan status gizi pada anak balita.

Data riset kesehatan dasar (Riskesdas) yang dilakukan pada tahun 2007 dan 2010 secara konsisten menunjukkan bahwa rata-rata asupan kalori dan protein anak balita masih di bawah Angka Kecukupan Gizi (AKG).

Akibat dari keadaan tersebut, anak balita perempuan dan anak balita laki-laki Indonesia mempunyai rata-rata tinggi badan masing-masing 6,7 cm dan 7,3 cm lebih pendek daripada standar rujukan WHO 2005, bahkan pada kelompok usia 5-19 tahun kondisi ini lebih buruk karena anak perempuan pada kelompok ini tingginya 13,6 cm dan anak laki-laki 10,4 cm di bawah standar WHO.

Anak yang memiliki status gizi kurang atau buruk (underweight) berdasarkan pengukuran berat badan terhadap umur (BB/U) dan pendek atau sangat pendek (stunting) berdasarkan pengukuran tinggi badan terhadap umur (TB/U) yang sangat rendah dibanding standar WHO mempunyai risiko kehilangan tingkat kecerdasan atau intelligence quotient (IQ) sebesar 10-15 poin.

Penelitian tentang kalsium  pada susu, ketersedian dan manfaatnya terhadap pertumbuhan tulang dan gigi yang pada gilirannya menunjang pertumbuhan tinggi badan anak telah banyak dilakukan. Tetapi selain kalsium, rupanya masih terdapat faktor faktor gizi lainnya yang perlu ditelaah lebih lanjut. Adalah tantangan yang cukup besar bagi industri susu saat ini untuk menyediakan gizi dengan kalori dan protein yang cukup dan menemukan komponen gizi seimbang yang dapat membantu pertumbuhan anak sehingga dapat mencapai tinggi dan berat badan yang sesuai umurnya. 

4. Gizi untuk kesehatan
Jika membeli susu adalah investasi yang baik. Pada kenyataannya, kekurangan gizi pada anak balita memang dapat meningkatkan pengeluaran rumah tangga dan pemerintah untuk biaya kesehatan karena banyak warga yang mudah jatuh sakit akibat kurang gizi.

Faktor makanan dan penyakit infeksi, sebagai penyebab langsung masalah gizi, keduanya saling berkaitan. Anak balita yang tidak mendapat cukup makanan bergizi seimbang memiliki daya tahan yang rendah terhadap penyakit sehingga mudah terserang infeksi. Sebaliknya penyakit infeksi seperti diare dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dapat mengakibatkan asupan gizi tidak dapat diserap tubuh dengan baik sehingga berakibat gizi buruk. Oleh karena itu, mencegah terjadinya infeksi juga dapat mengurangi kejadian gizi kurang dan gizi buruk.

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menjadikan susu sebagai sumber gizi yang tidak saja dapat memenuhi kebutuhan gizi anak tetapi juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh anak. Dalam hal ini, penelitian terhadap komponen gizi seperti prebiotik, probiotik, sinbiotik, nukleotida, laktoferin dan komponen lain berkaitan dengan fungsi dan manfaatnya terhadap kesehatan dan daya tahan masih terus akan berlanjut. 

Tidak berhenti pada daya tahan tubuh anak, beberapa literatur mengatakan bahwa kondisi gizi sejak balita bahkan sejak lahir dapat mempengaruhi kesehatannya sewaktu dewasa. Bayi dengan berat badan lahir rendah misalnya, memiliki risiko menderita diabetes mellitus, penyakit jantung dan pembuluh darah, kegemukan (obesity), kanker, dan stroke (James et al., 2000).

Penelitian tentang pola makan anak dan pengaruhnya kepada kesehatan di masa dewasa sedang dilakukan. Kita dapat berharap bahwa inovasi susu sebagai gizi yang dapat mengurangi risiko penyakit di masa depan akan dapat terwujud sehingga masyarakat Indonesia dapat menikmati kualitas hidup yang lebih baik di masa datang. 

Pemerintah, Lembaga Penelitian dan Industri
Masalah gizi di Indonesia adalah masalah yang serius. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah, peneliti dan industri. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan perlu membuat arahan dan kebijakan yang mengedepankan kepentingan masyarakat banyak.

Alangkah baiknya jika kebijakan kebijakan yang dituangkan dalam bentuk peraturan dan regulasi, memberikan ruang pada peneliti dan industri untuk berperan dalam turut mengatasi masalah gizi yang ada saat ini.

Dengan menetapkan regulasi yang jelas dalam mengatur klaim gizi, pemerintah dapat membuka peluang bahkan mendorong penelitian yang serius tentang zat zat gizi penting yang dibutuhkan masyarakat yang pada akhirnya dapat bermanfaat bagi masyarakat banyak.

Lembaga penelitian sesuai fungsinya dapat berperan aktif dalam menyediakan pengetahuan dan data yang akurat sehingga dapat digunakan secara baik oleh pemerintah dan industri. Pemerintah tentunya membutuhkan pengetahuan dan data untuk menetapkan kebijakan, membuat peraturan dan melakukan pengawasan yang baik.

Industri pun memerlukan pengetahuan dan data untuk dapat menyediakan produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Industri memiliki tanggung jawab untuk menyediakan produk dan jasa yang berkualitas baik, tidak saja aman tetapi juga memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat.

Tjatur Lestijaman,
Praktisi Industri Pangan, Peneliti dan Pengembang Produk Gizi, 
saat ini bekerja di Pfizer Nutrition

|  previous  |

Senin, 17 Desember 2012

Asrim Tolak Cukai untuk Minuman Karbonasi

Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim) menolak rencana pemerintah untuk pengenaan cukai terhadap produk minuman berkarbonasi karena dianggap tidak sesuai dengan karakteristik untuk produk kena cukai. 

"Minuman berkarbonasi bukan produk yang layak untuk dikenakan cukai, karena tidak memenuhi kriteria persyaratan untuk produk kena cukai," kata Sekertaris Jenderal Asrim, Suroso Natakusuma, dalam jumpa pers di Jakarta, Senin.

Menurut dia, minuman berkarbonasi tidak memiliki dampak negatif bagi kesehatan dan lingkungan hidup yang merupakan hal paling mendasar untuk pengenaan cukai bagi suatu produk.

"Minuman berkarbonasi memakai bahan baku 85-99 persen air dan tidak memiliki dampak negatif seperti rokok dan minuman beralkohol yang memang harus dikenakan cukai," katanya.

Suroso menjelaskan, untuk pengenaan cukai terhadap suatu produk harus sesuai dengan ketentuan Undang-Undang (UU) Nomor 39 tahun 2007 tentang Cukai, yang menyatakan bahwa produk tersebut konsumsinya perlu dikendalikan, peredarannya perlu diawasi, dan pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat atau lingkungan hidup.

"Sementara untuk konsumsi minuman berkarbonasi di Indonesia masih sangat sedikit dan tidak terlalu tinggi," katanya.

Untuk konsumsi per kapita minuman berkarbonasi di Indonesia adalah yang paling rendah di kawasan ASEAN dan China, masyarakat Indonesia hanya mengkonsumsi minuman berkarbonasi 2,4 liter per kapita, sementara Filipina mencapai 34,1 liter per kapita.


Pemerintah berencana mengenakan cukai pada produk minuman berkarbonasi atau bersoda yang menggunakan pemanis untuk meningkatkan penerimaan negara dan untuk mencegah dampak negatif dari konsumsi berlebihan produk tersebut.

Pada Selasa (11/12) lalu, Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Bambang Brodjonegoro, mengungkapkan bahwa pengenaan cukai ini didasari oleh Undang -undang No 39 Tahun 2007 tentang Cukai.

Dalam UU tersebut, ada beberapa aspek yang menjadi pertimbangan pemerintah. Antara lain, mengendalikan konsumsi masyarakat, pemakaian berlebihan dapat berdampak negatif bagi masyarakat dan lingkungan hidup.

"Perlu pembebanan pungutan negara demi keadilan dan keseimbangan," ujar Bambang di Gedung DPR, Jakarta.

Menurut Bambang, telah menyiapkan lima pos tarif yang akan diterapkan nantinya jika kebijakan itu disepakati.

Besaran tarif tersebut yaitu sekitar Rp1.000 per liter dengan potensi penerimaan sebesar Rp800 miliar, Rp2.000 potensinya Rp1,58 triliun, Rp3.000 potensinya Rp2,37 triliun, Rp4.000 potensinya Rp3,16 triliun, dan Rp5.000 dengan potensi penerimaan sebesar Rp3,95 triliun.

Bambang menegaskan, kebijakan ini masih dalam tahapan usulan kepada DPR. Jika disepakati, pembahasan akan naik ketahap rancangan peraturan pemerintah dan kemudian akan dibahas kembali oleh DPR. (dbs) 

Selasa, 11 Desember 2012

2013 : Pertumbuhan Ekonomi Diprediksi 6,6%-6,8%

Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2013 diprediksi berada pada kisaran 6,6%-6,8% karena perkembangan ekonomi global yang tidak sebaik perkiraan sebelumnya.  

Menteri Keuangan RI, Agus Martowardojo, mengatakan pertumbuhan ekonomi dan volume perdagangan global akan membaik, namun perbaikan itu tidak sebesar yang telah diperkirakan, sehingga pemerintah menetapkan kisaran pertumbuhan ekonomi 6,6%-6,8%.


Agus menjelaskan saat pembahasan APBN 2013, perkiraan pertumbuhan global akan mencapai 3,9% namun pada Oktober 2012 pertumbuhan ekonomi global kembali direvisi menjadi 3,6%. Pertumbuhan ekonomi 2013 masih akan ditopang oleh konsumsi domestik dan investasi. Konsumsi domestik ini ditopang oleh faktor demografi dan kenaikan batas Pendapatan Tidak Kena Pajak yang mulai berlaku 1 Januari 2013.
 
Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai kisaran bawah lebih dikarenakan kondisi ekonomi global, yaitu belum tuntasnya krisis Eropa dan penyelesaian ekonomi Amerika Serikat. Ditambah lagi negara mitra dagang utama seperti China dan India mengalami perlambatan ekonomi. “Ini sangat berpengaruh kepada Indonesia sehingga pertumbuhan ekonomi kita buat pada kisaran 6,3%- 6,8%,” kata Agus.


Selain pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan meleset, asumsi makro ekonomi lainya yang diperkirakan juga mengalami perubahan adalah nilai tukar rupiah, harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price), dan lifting minyak. Untuk asumsi nilai tukar pemerintah memperkirakan akan melemah ke level Rp 9.700 dari asumsi awal Rp 9.300 per dolar AS.


Pelebaran range asumsi nilai tukar ini berdasarkan kondisi di akhir 2012 yang bergerak di atas Rp 9.500 per dolar AS. Selain itu, potensi penyelesaian kebijakan jurang fiskal Amerika akan  berdampak pada kinerja ekspor Indonesia ke Amerika, sementara kebutuhan impor masih tetap tinggi.


Bambang PS Brodjonegoro, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, mengatakan hampir melesetnya semua asumsi 2013 ini karena kondisi 2013 bergeser dari saat APBN disusun. Untuk nilai tukar diperkirakan masih ada tekanan, karena kinerja ekspor yang belum optimal. Ditambah lagi pengumpulan devisa hasil ekspor tidak sebesar yang diharapkan. “Ada juga tekanan dari neraca pembayaran, ini membuat rupiah cukup melemah,” terangnya.



Tiga Tantangan
Darmin Nasution, Gubenur Bank Indonesia, mengatakan prospek pertumbuhan ekonomi 2013 akan berada pada range 6,3%-6,8%, karena pertumbuhan ekonomi global membaik sejalan dengan tercapainya kesepakatan Amerika Serikat tentang jurang fiskal. "Tapi masih ada risiko yang harus diwaspadai, seperti proses negosiasi penetapan pagu utang dan pemotongan belanja secara otomatis di Amerika Serikat,” jelasnya.


Meskipun tetap optimistis pertumbuhan ekonomi di tahun 2013 akan berada pada range 6,3%-6,8%, tetapi ada tiga tantangan utama yang harus diwaspadai.


Pertama, risiko yang bersumber dari masih tingginya ketidakpastian pemulihan ekonomi global dan harga komoditas yang dapat mengganggu kinerja ekspor Indonesia. Di sisi lain kuatnya permintaan domestik akan menekan neraca transaksi berjalan.

Kedua, konsumsi bahan bakar minyak yang terus meningkat di tengah semakin menurunnya produksi minyak akan terus mendorong peningkatan impor minyak, sehingga semakin memperbesar defisit transaksi berjalan. Di samping itu meningkatnya konsumsi BBM dapat meningkatkan beban subsidi dalam APBN yang dapat mempengaruhi persepsi negatif kesehatan kesinambungan fiskal, dan pada akhirnya menekan nilai tukar rupiah.


Ketiga, ketergantungan impor bahan baku dan modal yang cukup tinggi. Hal ini menimbulkan tekanan terhadap transaksi berjalan. Ketiga risiko tersebut, jika tidak dikelola dengan baik akan mengganggu kestabilan makro ekonomi.

Lana Soelistianingsih, Kepala Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia, mengatakan pertumbuhan ekonomi 2013 masih akan mencapai 6,5% di luar dorongan kinerja ekspor. Alasannya, tahun lalu di luar kinerja ekspor dan belanja pemerintah pertumbuhan ekonomi masih mencapai 6,3%.


Kunci mencapai pertumbuhan ekonomi 6,5% tahun ini adalah belanja pemerintah. Jika pemerintah mampu mengoptimalkan kinerja belanja infrastruktur, pertumbuhan dapat mencapai 6,5%. Jika tidak, pertumbuhan akan di bawah 6,5%. (*)

Kamis, 22 November 2012

Mimpi Swasembada Pangan

Belakangan ini, harga daging merangkak naik. Kenaikannya dianggap tidak masuk di akal, sehingga memicu banyak protes dari para pedagang daging. Kejadian yang tidak jauh berbeda pernah menimpa komoditas kedelai beberapa waktu lalu. 

Sementara kita mencanang target swasembada daging pada 2014, justru saat ini kita mengalami persoalan pasokan dan berakibat pada lonjakan harga. Bagaimana hal ini bisa terjadi?

Sebenarnya, kegeraman yang sama juga terjadi soal swasembada pangan pada umumnya. Bagaimana mungkin, Indonesia yang pernah dikenal sebagai lumbung padi dunia, kini kekurangan pasokan dan harus impor? Soal garam isunya juga sama. Sepertinya mustahil bagi Indonesia dengan garis pantai terpanjang di dunia justru mengimpor garam?

Meski agak berbeda, tetapi isunya sama juga mengenai energi. Bagaimana mungkin Indonesia yang kaya akan gas justru kekurangan energi berbasis gas? Itulah sederet anomali yang terus terjadi di negeri tercinta ini. 


Jika disimak kasus per kasus, mungkin akar persoalannya akan mulai terungkap. Soal daging misalnya, sudah sejak tahun lalu, pemerintah menargetkan pengurangan impor daging, terkait dengan target swasembada daging 2014. Tahun ini (2012), ada pengurangan cukup signifikan impor daging dibandingkan tahun lalu.

Penurunan kuota impor menjadi salah satu kinerja Kementerian Perdagangan. Jadi, turun tidaknya kuota impor itu akan menjadi indikator kinerja (key performance indicator/KPI) lembaga itu. Masalahnya, swasembada daging bukanlah semata-mata soal menurunkan impor, lebih dari itu adalah peningkatan kapasitas produksi di dalam negeri.

Soal peningkatan kapasitas produksi daging domestik bukanlah hal sederhana. Tentu melibatkan banyak unsur kementerian dan lembaga.  Dalam tatanan birokrasi yang ada, di sinilah letak kompleksitasnya, tatkala KPI-nya ada di banyak tempat.

Dalam hal ini Kementerian Pertanian yang membawahi peternakan tentu memiliki tanggung jawab yang besar. Sayangnya instrumen yang dimilikinya relatif masih terbatas. Kementerian ini sudah memberikan banyak fasilitas kredit lunak untuk program pembibitan dan penggemukan sapi. Namun, ada berbagai persoalan yang begitu kompleks di lapangan.

Bibit lokal tidak lagi mampu bersaing, mengingat kualitas dan daya tahannya, sehingga diperlukan impor bibit. Persoalan bibit bukan satu-satunya. Masalah lahan, infrastruktur, kesehatan ternak, dan sebagainya menjadi kendala serius.

Intinya, berternak sapi di dalam negeri sangat tidak menguntungkan dan lebih murah mengimpor daging. Namun, tentu saja kita tidak bisa hanya cari gampangnya saja. Ekonomi harus digerakkan dengan visi ke depan. Swasembada pangan adalah visi yang ideal. 


Masalahnya, jika hal itu hanya sebatas slogan saja, atau bahkan menjadi kampanye politik saja. Maka kenyataan di lapangan akan menunjukkan hal yang berbeda.

Hal serupa pernah terjadi dalam kasus garam. Mengendalikan impor sama sekali tidak menyelesaikan masalah, mengingat produksi domestik tidak memadai. Swasembada pangan adalah dua sisi mata uang. Mengurangi impor hanyalah sebagian persoalan saja. 


Sementara persoalan lainnya yang jauh lebih kompleks adalah meningkatkan kapasitas produksi domestik.

Parahnya, begitu terkait soal produktivitas atau daya saing, kita begitu lemah. Dan nampaknya, kita begitu tak berdaya menghadapi persoalan produktivitas dan daya saing. Persoalan infrastruktur sudah begitu jelas, namun tetap saja perkembangannya tidak menggembirakan. (dbs)

Bahan Baku Susu Olahan Sebesar 79% Masih Diimpor

Kementerian Perindustrian memperkirakan impor bahan baku susu olahan mencapai 75% dari total bahan baku yang dibutuhkan. Tingginya impor bahan baku itu karena pasokan dari dalam negeri yang terbatas serta harga produk impor yang lebih murah.
 
"Persentase impor bahan baku industri susu olahan masih tinggi, sekitar 75% per tahun," kata Enny Ratnaningtyas, Direktur Industri Minuman dan Tembakau Kementerian Perindustrian.

Menurut dia, hal itu dapat mengganggu ekspansi produsen susu olahan tahun ini yang totalnya diperkirakan mencapai Rp 3 triliun. Karena itu, pemerintah meminta produsen susu olahan untuk bermitra dengan peternak lokal agar dapat menjamin bahan baku.

Menurut dia, sejumlah produsen susu olahan yang berekspansi tahun ini antara lain PT Nestle Indonesia senilai Rp 1,8 triliun, PT Indolakto (anak usaha PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk) senilai Rp 800 miliar, PT Garudafood Putra Putri Jaya senilai Rp 280 miliar, dan PT Cisarua Mountain Dairy sekitar Rp 50 miliar-Rp 100 miliar.
.
Enny menilai kebutuhan bahan baku berupa susu mentah harus diimpor karena pasokan dari dalam negeri hanya mencukupi 25% dari kebutuhan. Produktivitas peternak sapi lokal masih rendah dan belum bisa bersaing secara harga. Saat ini harga bahan baku impor mencapai Rp 3.800 per liter, sementara pasokan lokal sekitar Rp 3.900 per liter - Rp 4.000 per liter.

Dia menjelaskan ekspansi sejumlah produsen susu olahan dilakukan untuk memenuhi kenaikan permintaan domestik. Penjualan industri susu olahan pada 2012 ditargetkan mencapai Rp 33,17 triliun, meningkat 7% dibandingkan proyeksi tahun lalu Rp 31 triliun, menurut asosiasi industri. Peningkatan didukung pertumbuhan volume penjualan susu olahan tahun ini.

"Pertumbuhan penjualan terutama akan didorong kenaikan penjualan susu cair," kata Sahlan Siregar, Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Pengolahan Susu. Peningkatan penjualan juga dipengaruhi kenaikan konsumsi susu seiring dengan naiknya daya beli masyarakat.

Industri Susu Olahan Tumbuh Pesat 
 Kelangkaan pasokan bahan baku susu dapat menggambarkan pesatnya pertumbuhan industri susu olahan di Indonesia yang diakibatkan ketidakmampuan suplai susu memenuhi pertumbuhan permintaan yang ada.

Tingginya pertumbuhan permintaan ini ditunjukkan oleh riset Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) yang memperkirakan pertumbuhan produksi produk susu di Indonesia tahun ini mencapai 7,84%. Angka ini bahkan menempatkan Indonesia di atas Australia yang merupakan salah satu produsen utama susu dunia. Pesatnya permintaan bahan baku susu diakibatkan gencarnya ekspansi produksi perusahaan susu. 

Tahun ini tercatat beberapa produsen susu utama di Indonesia akan melakukan belanja modal yang cukup signifikan sejumlah Rp 3 triliun. Indofood CBP pada tahun lalu bahkan menitikberatkan belanja modalnya sebesar US$ 130 juta dari total Rp 1,8 triliun untuk membangun pabrik susu baru di Pasuruan. 

Segmen susu termasuk di antara beberapa segmen yang ditargetkan untuk bertumbuh 100% tahun ini. Kontribusi segmen susu mencapai Rp 4,72 triliun atau 31,2% atas pendapatan total Indofood CBP pada tahun lalu.

Gencarnya ekspansi yang dilakukan perusahaan susu dikarenakan masih besarnya peluang pertumbuhan industri susu di Indonesia. Hal ini disebabkan masih rendahnya tingkat konsumsi susu di Indonesia dibanding negara-negara di kawasan. 

Menurut Rusman Heriawan, Wakil Menteri Pertanian, konsumsi susu di Indonesia sebesar 11,09 liter per kapita per tahun masih lebih rendah dibanding negara-negara tetangga. Thailand, Malaysia, dan Vietnam masing-masing memiliki tingkat konsumsi susu sebesar 33,7 liter, 22,1 liter, dan 12,1 liter per kapita per tahun. Hal ini menjadikan Indonesia memiliki tingkat konsumsi susu terendah di Asia.(dbs)

Senin, 12 November 2012

Manfaatkan Bonus Demografi Indonesia

Berbagai kalangan berpendapat Indonesia dapat menjadi negara dengan perekonomian terbesar ketujuh di dunia,  jika kita dapat memanfaatkan potensi bonus demografi (demographic dividend) dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, menjaga stabilitas ekonomi makro dan keamanan, serta mempercepat pertumbuhan ekonomi. Namun, pemerintah sebaiknya tidak hanya mengejar peringkat, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan penduduk dan pemerataan kesempatan kerja.
.
Laporan McKinsey Global Institute  yang dirilis September 2012 memprediksi ekonomi Indonesia akan mengalahkan Jerman dan Inggris pada 2030 karena kelas konsumen global diestimasi tumbuh menjadi 1,8 miliar yang mayoritas di Asia mendorong permintaan sumber daya alam dan komoditas dari Indonesia.

Telisa Falianty, Ekonom Spesialis Ekonomi Makro EC-Think, mengatakan peluang Indonesia menjadi negara dengan PDB terbesar ketujuh tergantung banyak faktor. Selain bonus demografi, pencapaian itu dipengaruhi pertumbuhan negara lain.


Prediksi McKinsey berpatokan pada  pemetaan demografi bahwa penduduk Indonesia dalam usia produktif  dengan daya  beli tinggi ditambah kenaikan jumlah penduduk kelas menengah pada 2040 mencapai 80% dari jumlah penduduk. “Jumlah penduduk tanpa employment creation juga tidak otomatis menaikkan produktivitas. Prediksi itu sah saja asal kita tidak terlena dan harus bekerja keras,” katanya.


Tantangan Indonesia mencapai peringkat ketujuh dunia adalah memperbaiki infrastruktur, reformasi birokrasi, dan pendidikan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Bonus demografi tanpa perbaikan SDM tidak akan optimal mendorong pertumbuhan.


Rully Nova,  Ekonom PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk,  mengatakan  bonus Indonesia adalah sumber daya alam,  demografi dan daya beli masyarakat. Namun, peringkat ketujuh itu tidak akan tercapai jika bonus itu tidak dikelola dengan baik. Salah satunya dengan perbaikan infrastruktur, menjaga daya beli masyarakat, dan daya saing industri.


Bambang Prijambodo, Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi dan Pendanaan Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, mengatakan penjagaan stabilitas ekonomi makro, politik dan keamanan secara berkesinambungan dapat mengurangi kesenjangan sosial yang terjadi karena ketimpangan ekonomi. Tiga hal pokok itu adalah prasyarat pembangunan.


Menurutnya, besarnya potensi ekonomi Indonesia harus dijaga dengan meningkatkan kegiatan ekonomi yang lebih besar seperti investasi, peningkatan daya saing produk ekspor, dan mendorong efektivitas belanja negara. “Pengeluaran pemerintah harus menciptakan multiplier effect,” tegasnya. Pemerintah juga harus menjaga pasokan energi, stabilitas pangan, mendorong sektor manufaktur, serta industri yang memiliki nilai tambah.


Bagian lain laporan McKinsey menyebutkan pemerintah harus menyelesaikan berbagai masalah terkait pemeliharaan pasokan karena meningkatnya permintaan seperti energi dan kesenjangan sosial. Indonesia juga dinilai berada di persimpangan kritis, sehingga pemerintah perlu mendorong produktivitas tenaga kerja hingga 4,6% atau 60% lebih tinggi dari dekade sebelumnya.


Purbaya Yudhi Sadewa, Anggota Komite Ekonomi Nasional, mengatakan upaya mendorong Indonesia menjadi negara dengan ekonomi terbesar dunia harus dilakukan melalui percepatan laju pertumbuhan ekonomi agar tidak terjebak menjadi negara dengan ekonomi tidak bergerak (middle income trap). Adapun cara mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi itu adalah meningkatkan industrialisasi yang kuat dan mengarahkan investasi ke sektor tersebut.

Industrialisasi akan menghindarkan kesenjangan sosial karena membuka lapangan kerja lebih besar, sehingga mengurangi tingkat kemiskinan. (dbs)

Kamis, 08 November 2012

Wings Food Luncurkan 'FLORIDINA'

Bulir Utuh dan Asli Jeruk Nomor Satu Dunia 
Jeruk merupakan salah satu buah dengan tingkat konsumsi tertinggi di dunia selain apel, pisang, dan anggur. Menurut data FAO (Food Agriculture Organization, Badan Pangan Dunia PBB), jumlah konsumsinya di dunia pada tahun 2010 mencapai 64 juta metrik ton (1 metrik ton = 1 miliar kilogram). 

Sebuah jumlah yang sangat banyak karena jeruk termasuk buah dengan kandungan vitamin dan nutrisi terlengkap yang dibutuhkan tubuh. Dan, salah satu jeruk terbaik yang ada di dunia adalah florida orange.

Menurut beberapa penelitian, Florida Orange menjadi komoditas jeruk dengan tingkat konsumsi terbesar karena kandungan vitamin, nutrisi, dan mineralnya termasuk yang paling lengkap. Selain itu, berkat tumbuh di daerah dengan suhu dan lingkungan paling tepat, maka Florida Orange rasa dan kualitasnya menjadi salah satu yang terbaik di dunia.

Di tempat asalnya—Florida—jeruk ini mempunyai keunikan. Yakni, florida orange hanya dipetik saat benar-benar masak di pohon. Sehingga, ketika dipanen, semua kandungan terbaiknya sudah benar-benar maksimal berada dalam setiap buah jeruk.  Dan, karena tumbuh pada suhu dingin yang tepat, rasa manis dan segarnya juga lebih maksimal.

Dengan semua standar kualitas rasa dan kesegaran itulah, florida orange paling cocok dijadikan minuman segar. Tak heran, lebih dari 90% jeruk Florida dikonsumsi sebagai minuman segar buah, terutama di Amerika.

Kandungan terbaik kaya manfaat Florida Orange inilah yang dihadirkan oleh Wings Food, sebagai salah satu perusahaan FMCG (Fast Moving Consumer Goods) terdepan, yang selalu berkomitmen untuk meluncurkan produk-produk terbaik untuk masyarakat Indonesia. Karena itu, pada November 2012, Wings Food meluncurkan Floridina, minuman dengan bulir buah utuh dan asli Florida Orange pertama di Indonesia.

Floridina diluncurkan dengan kemasan botol plastik berukuran 360 ml, dengan bentuk yang handy sehingga bisa dibawa ke mana-mana untuk menemani gaya hidup anak muda masa kini. Floridina yang memiliki bulir utuh dan asli dari Florida Orange membuat setiap yang minum akan mendapatkan sensasi kesegaran maksimal “fresh to the top”.

Menurut Riana Bismarak selaku Public Relations dari Wings Food, Floridina diluncurkan untuk menjawab kebutuhan gaya hidup anak muda yang selalu bergerak dinamis, aktif, dan fun. Dengan jaminan kesegaran bulir utuh dan asli Florida Orange yang kaya manfaat, Floridina akan menjadi pilihan minuman segar yang bisa menemani segala aktivitas.

“Florida Orange sudah populer di seluruh dunia sebagai salah satu jeruk terbaik. Karena itu, sebagai perusahaan yang berkomitmen selalu memberikan yang terbaik pada masyarakat, hari ini kami memperkenalkan FLorodina, dengan bulir utuh dan asli Florida Orange yang bisa menyegarkan segala suasana,” sebut Riana.

Hadir pula dalam acara ini, brand ambassador Floridina, Bunga Citra Lestari (BCL). Ia menyebut, bukan semata karena jadi ambassador ia lantas menyukai Floridina

Tapi, memang karena rasanya yang unik dan menyegarkan, yang membuat BCL langsung jatuh cinta pada Floridina “Ini salah satu minuman favorit baruku sebab terbuat dari Florida Orange. Selain enak rasanya, bulir  utuh dan aslinya benar-benar membuat sensasi segar untuk menemani kesibukan segala aktivitasku.” 

Floridina akan dijual dengan kisaran harga Rp3.000-an. Bersama dengan peluncuran produk baru ini, Floridina juga mengadakan program promo Glek Glek 3 Milyar, dengan beragam hadiah menarik yaitu paket wisata ke DisneyWorld Florida USA, Honda Brio, Yamaha Mio, iPad Blackberry uang tunai dan gratis produk Floridina. Mekanisme promo ini sangat mudah sekali, konsumen cukup membeli Floridina dan bila beruntung dapat menemukan kejutan hadiahnya di balik tutup botol Floridina. Promo ini berlangsung hingga 31 Mei 2013.

Selain itu, untuk menyemarakkan peluncuran Floridina, pada 12-18 November 2012 nanti, Floridina akan mengadakan event Floridina FreshMoovaaShakaaaaa! di Grand Indonesia, Jakarta. Floridina mengajak partisipasi anak-anak muda dengan berbagai aktivitas seru dan fun seperti dance performance. Untuk memeriahkan acara,  hadir juga brand ambassador Floridina, Bunga Citra Lestari. Daftar dan hadiri acara yang pastinya meriah, fresh, dan fun. (dbs)

Kamis, 18 Oktober 2012

Teh Tradisional Jepang dalam Kemasan Botol

Suntory Garuda Beverage meluncurkan produk baru minuman non alkohol hasil "joint venture" untuk memperkuat pasar di tengah pertumbuhan permintaan minuman di Indonesia yang mencapai sekitar 8% per tahun.
 
Sebuah inovasi baru dengan mengemas kesegaran ocha dalam botol, yaitu Mirai Ocha. Ocha kemasan botol plastik ini dihadirkan dalam tiga rasa, yaitu original, madu, dan sakura.

"Mirai Ocha dijual secara bebas di supermarket, sehingga konsumen tidak lagi harus mencari ocha di restoran," kata Presdir SGB Hartono Atmadja,saat peluncuran Mirai Ocha di Ballroom Four Season Hotel, Jakarta.

Jika biasanya ocha dinikmati dengan rasa yang tawar, Mirai Ocha disajikan dalam rasa yang manis. Namun kandungan gula dalam teh hijau kemasan botol ini masih aman dikonsumsi sehingga tak membuat tubuh cepat gemuk.

Dalam sebotol Mirai Ocha, Anda juga bisa mendapatkan beragam edukasi tentang kebudayaan Jepang. Ocha juga memiliki banyak nilai budaya dan seni, karena untuk menghasilkan ocha yang enak harus melewati proses yang panjang dan lama.

Hartono mengatakan prospek pasar minuman di Indonesia sangat cerah, karena pertumbuhannya mencapai sekitar 8% per tahun. Oleh karena itulah, untuk memperkuat penguasaan pasar, pihaknya terus melakukan inovasi dengan meluncurkan produk baru. "Produk minuman memberi kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan grup, yaitu sekitar 20-30%," katanya.

Untuk mencapai target peningkatan penjualan sebesar 5 kali itu, SGB, kata dia, akan juga akan memperluas pasar ekspor yang sekarang masih sangat kecil. "Saat ini kami masih konsentrasi ke pasar dalam negeri, ekspor masih sangat kecil ke Brunei Darussalam dan Papua Nugini," ujar Hartono.

Kapitalisasi minuman nonalkohol
Saat ini kapasitas produksi minuman nonalkohol SGB mencapai sekitar 100 juta unit per tahun, yang menurut Mitsu, sebagian besar masih berupa kemasan cup. Ke depan, lanjut Mitsu, tidak tertutup kemungkinan pihaknya memperluas produksi minuman nonalkohol dalam kemasan botol dan kaleng.SGB merupakan produsen minuman nonalkohol berupa teh (Mountea), kopi (Kopyes), dan minuman rasa buah dalam bentuk jelly.

Mirai Ocha diharapkan dapat menjadi pilihan baru untuk minuman siap minum dalam kemasan botol, yang dapat menarik konsumen untuk berpaling ke minuman berkategori Ocha ini."Kami percaya inovasi produk merupakan hal yang penting bagi konsumen minuman siap minum dalam kemasan botol di Indonesia yang selalu mencari hal baru untuk dicoba," jelas Keisuke Inakagi, Marketing Director Suntory Garuda Beverage,

Menurutnya sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia untuk minum teh dimana dan kapan saja. Hal itu menjadi pertimbangan SGB menghadirkan Mirai Ocha dalam kemasan botol dirasa paling sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang cenderung bergerak aktif dan dinamis. Dengan diluncurkan produk ini untuk orang-orang muda yang suka menikmati minuman dalam kemasan botol, karena mereka menyukai hal-hal praktis.

Di negeri asalnya, ocha dapat ditemukan di mana saja dan dinikmati kapan saja. Ocha merupakan teh tradisional khas Jepang yang erat kaitannya dengan 'Negeri Sakura' selama berabad-abad.Ocha juga merupakan jenis minuman yang menjadi bagian penting dalam kebudayaan dan kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang.

Bibit ocha hadir di Jepang pada abad ke-13 atau sekitar 800 tahun yang lalu. Awalnya, ocha digunakan hanya untuk pengobatan, bukan minuman sehari-hari. Budaya minum ocha dimulai pada abad ke 15 oleh kalangan samurai dan kaum terpelajar.Sedikit demi sedikit, ocha mulai menjadi dasar filosofi gaya hidup masyarakat dan karateristik kebudayaan Jepang sampai sekarang.''Proses pembuatan ocha memang terbilang panjang,'' ujar Keisuke Inakage.

Lebih lanjut, daun teh yang dihasilkan perkebunan Jepang memang memiliki kualitas yang baik karena metode kultivasi yang spesifik dan canggih. Adapun Kagoshima, Shizuoka, dan Uji adalah daerah utama penghasil ocha di Jepang.Perkebunan Ocha di Shizuoka dan Kagoshima besar dan datar, sedangkan di Uji cukup berbukit. Inilah yang menyebabkan rasa ocha berbeda-beda

Seperti diketahui, GarudaFood sepakat melakukan Joint Venture di industri minuman nonalkohol dengan perusahaan Jepang, Suntory Beverage & Food (SBF) pada 14 Juli 2011 dengan mendirikan Suntory Garuda Beverage.Langkah tersebut merupakan salah satu strategi pertumbuhan melalui Strategy Partnership untuk memperkokoh kiprah  kedua belah pihak di bisnis minuman dan mewujudkan visi dan goal perusahaan ke depannya.

Saat ini Suntory Garuda Beverage memiliki beberapa kategori, yaitu teh, kopi, dan minuman rasa buah. Adapun, produk eksisting SGB yang sebelumnya telah sukses dikembangkan di pasar Indonesia adalah Okky Jelly Drink, Mountea, Koko DRink, Kopyes, dan Okky Jell-O Blast. (dbs)

Rabu, 03 Oktober 2012

Mengamati Pertumbuhan Pasar Food Ingredients Indonesia

Di 2012, pasar makanan dan minuman di Indonesia nyaris tak pernah sepi, bahkan terus bertumbuh sepanjang tahun. Mulai dari produk bahan makanan dasar, termasuk food ingredients, hingga bahan-bahan pendukung makanan dan minuman (mamin) kemasan yang sebagian masih harus diimpor. 

Menguatnya pasar mamin di Indonesia sejak lima tahun terakhir tumbuh rata-rata 41% memacu kemajuan industri makanan olahan, yang kini makin menjadi incaran pelaku usaha.

Perilaku konsumen dan populasi penduduk besar, di Indonesia menjadi sasaran pasar para pelaku bisnis mamin. Apalagi memiliki demand yang nyaris tak pernah surut di tengah krisis ekonomi sekalipun. 

Dengan pertumbuhan ekonomi yang makin membaik, 6,17% sepanjang triwulan III-2012 dibanding periode sama tahun sebelumnya, gairah ekonomi Indonesia tergolong atraktif yang berdampak pada tingginya permintaan aneka produk makanan dan minuman. Sektor Industri Pengolahan merupakan kontributor pertumbuhan ekonomi terbesar pada triwulan III-2012 bila dibandingkan dengan triwulan III-2011, sebesar 1,62%.

Meningkatnya pendapatan per kapita (GDP) yang menembus US$ 3.000, telah mendorong lahirnya konsumen baru di kelas menengah. Para produsen dan retailer produk mamin telah meyiapkan berbagai pilihan produk olahan terutama barang konsumsi harian (fast moving consumer goods/FMCG) termasuk kue, biskuit, mie instan, susu, gula, kopi dsb.


Sepanjang 2008-2009, nilai konsumsi makanan di Indonesia mengalami pertumbuhan 2,34%, melonjak hingga 11,22% pada 2009 dengan omset mencapai Rp 555 triliun. 

“Tren permintaan produk makanan dan minuman di Indonesia terus meningkat. Hingga akhir tahun 2012, pasar industri pangan nasional diperkirakan mencapai Rp700 triliun, naik sekitar 7,7% dari realisasi pasar tahun lalu sebesar Rp 650 triliun,” ungkap Yusuf Hady, Wakil Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) dalam paparan pers, di Jakarta, belum lama ini.

Food Ingredients Asia 2012 (FIA 2012)
Meski dibayangi ketidakpastian ekonomi akibat krisis ekonomi global yang terjadi tahun 2008 lalu, namun ekonomi ASEAN masih menggeliat, di mana tahun lalu tumbuh hingga level 4,7 %. Penguatan ekonomi, terjadi di semua negara di kawasan ini, termasuk Indonesia, di mana pada tahun lalu perekonomian Indonesia tumbuh hingga 6,5 % (BPS).


Dengan adanya kesepakatan bersama berupa cita-cita pencapaian Asean Economic Community (AEC) pada tahun 2015, kawasan ini diperkirakan akan menjadi kekuatan ekonomi baru di dunia.

Selain fundamental makro ekonomi yang makin kuat, kian tingginya permintaan domestik Asia juga menjadi potensi tersendiri, termasuk dari Indonesia.


Dengan populasi penduduk terbesar di ASEAN, Indonesia berkontribusi sebesar 51% dari total konsumsi bahan makanan di wilayah regional ini. Potensi ini mendorong para pelaku bisnis makanan olahan global ramai-ramai membidik Indonesia sebagai target pasar yang potensial.

“Di era perdagangan yang makin terbuka dewasa ini, pasar Indonesia sangat menjanjikan, termasuk bagi produk makanan dan minuman. Hal inilah yang mendorong kami menggelar eksibisi Food ingredients Asia (FiA) 2012 di Indonesia. Melalui eksibisi ini, kami ingin membantu pelaku usaha maupun supplier (pemasok) bahan baku food ingredients untuk berinteraksi langsung bahkan membentuk usaha patungan.

Selain itu bisa menjadi sarana untuk membuka akses langsung menuju pasar Asean yang terus berkembang,” ungkap Matthias Baur, Portfolio Director (Food) UBM Live, kepada eksekutif, usai pembukaan pameran FIA di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Oktober 2012.

Food ingredients merupakan unsur penting dalam industri makanan olahan untuk menghasilkan aneka produk makanan dan minuman dalam berbagai kemasan. Hal ini dapat dijumpai dengan makin beragamnya inovasi produk makanan dan minuman di kalangan industri yang ditawarkan pada konsumen melalui retailer. Tak hanya produk lokal, namun belakangan juga makin banyak diwarnai produk impor, mulai bahan baku dasar, food ingredient, maupun produk makanan jadi.

Sementara itu, M. Gandhi, Managing Director ASEAN Business UBM Asia, penyelenggara eksibisi ini menyatakan, event ini merupakan yang kedua kali digelar di Indonesia. Jumlah peserta expo tahun ini lebih dari 500 perusahaan dari berbagai negara. Produk dan jasa yang dipamerkan meliputi industri bahan baku makanan, seperti produk bakery, minuman, makanan, susu formula bayi, produk berbahan dasar susu, makanan olahan dan siap saji, penambah rasa, makanan vegetarian, suplemen makanan, serta berbagai bahan baku makanan dan minuman lain.

FIA telah ditetapkan sebagai salah satu platform jejaring usaha ASEAN yang diselenggarakan oleh UBM Asia, penyelenggara eksibisi berkelas internasional. Setelah sukses di Indonesia dan Thailand dalam dua tahun terakhir, Food ingredients Asia (FIA) akan digelar rutin secara bergantian antara antara Indonesia dan Thailand.

“Kami melihat kedua negara ini memiliki potensi pasar yang cukup besar yang bisa menjadi referensi dan platform jaringan bisnis di antara para pelaku industri ini. Selain itu, kedua negara memiliki peran penting sebagai pusat perkembangan pasar terbaik Asia Pasifik,” katanya.

Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Benny Wahyudi dalam acara pembukaan pameran Food Ingredients Asia mengakui potensi industri makanan dan minuman di Tanah Air sangat besar. Tingkat permintaannya juga terus meningkat, bahkan untuk memenuhinya, Indonesia masih banyak bergantung bahan baku dari impor. Ia mencontohkan, impor gandum tahun lalu mencapai mencapai 5,6 juta ton, gula 2,7 juta ton, dan kedelai 2 juta ton. 

“Ketergantungan kita terhadap bahan baku masih cukup besar. Seperti gandum, gula, dan kedelai. Bahkan untuk produk susu, sekitar 70% bahan bakunya juga masih mengandalkan impor,” katanya. (dbs)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...