Pasar minumann ringan pada 2013 diprediksikan tumbuh 10%-11% menjadi  Rp 326,7 triliun-Rp 329,6 triliun dibanding 2012, menurut asosiasi  industri. Kenaikan itu ditopang pertumbuhan volume konsumsi.
  
 "Pertumbuhan penduduk dan peningkatan pendapatan masyarakat menjadi  pendorong pertumbuhan pasar minuman ringan tahun ini," ujar Farchad  Poeradisastra, Ketua Umum Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim)
  Peningkatan pendapatan akan mendorong konsumsi per kapita lebih besar  dibanding tahun lalu. Minuman ringan mencakup minuman teh siap saji,  susu olahan, minuman berkarbonasi, hingga minuman isotonik.
  Pertumbuhan pasar juga karena Indonesia menjadi negara alternatif  tujuan ekspor minuman ringan dari sejumlah negara. "Krisis yang terjadi  di Eropa menjadikan Indonesia sebagai fokus tujuan ekspor baru," ujar  Farchad.
  Pertumbuhan nilai penjualan tahun ini juga disebabkan kenaikan harga  jual hingga 17% akibat peningkatan biaya produksi. Farchad menuturkan  kenaikan biaya produksi antara lain karena kenaikan upah buruh serta  tarif energi listrik dan gas.
  "Kenaikan harga jual harus sama dengan kenaikan biaya produksi, agar  margin tetap terjaga," ujar Farchad. Besaran kenaikan harga jual akan  lebih tinggi apabila pemerintah memberlakukan cukai, khususnya bagi  minuman berkarbonasi.
  Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (Aspadin)  memperkirakan penjualan air minum kemasan di 2013 tumbuh 11%-15% menjadi  21,9 miliar liter-22,7 miliar liter dibandingkan proyeksi tahun lalu  sebesar 19,8 miliar liter. Kenaikan itu ditopang pertumbuhan  permintaan seiring kenaikan konsumsi air minum kemasan.
  "Air minum kemasan saat ini telah menjadi salah satu kebutuhan pokok di  masyarakat, tidak seperti beberapa tahun yang lalu," kata Rembang Kayo,  Sekretaris Jenderal Aspadin. Pertumbuhan penjualan di 2013  juga didukung ekspansi yang dilakukan sejumlah produsen sejak tahun  lalu.
  "Dengan adanya ekspansi, wilayah penjualan air minum kemasan akan  semakin meluas," kata Rembang. Meski demikian, konsumsi air minum  kemasan masih akan dominan di Pulau Jawa, sesuai kondisi demografis  Indonesia.
Pasar Makin Semarak 
Proyeksi pertumbuhan konsumsi tahun ini telah diantisipasi sejumlah  produsen dengan melakukan ekspansi sejak tahun lalu. Tujuh produsen  makanan dan minuman serta farmasi tercatat melakukan ekspansi dan  akuisisi di industri minuman sejak tahun lalu.
Ketujuh produsen yang melakukan ekspansi dan akuisisi di sektor  minuman adalah PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Kalbe Farma  Tbk, PT Garudafood Putra Putri Jaya, PT Ultrajaya Milk Industry  and Trading Company Tbk, PT ABC President Indonesia, PT Sinar  Sosro, dan PT Nestle Indonesia. Tujuan ekspansi dan akuisisi itu untuk  menangkap peluang pertumbuhan penjualan serta meningkatkan pangsa  pasarnya.
Kalbe Farma berekspansi bisnis minuman ringan dengan mengakuisisi  100% saham Hale International, produsen minuman jus siap saji, senilai  Rp 100 miliar.
Persaingan di industri air minum kemasan juga akan diramaikan dengan rencana masuknya perusahaan patungan antara PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dan Asahi Group Holdings Southeast Asia Pte Ltd asal Jepang.
  Indofood CBP dan Asahi membentuk dua perusahaan patungan untuk  membangun pabrik minuman non-alkohol dan memasarkannya di Indonesia  dengan investasi awal sebesar Rp 1,8 triliun-Rp 2 triliun. Kerja sama  patungan Indofood CBP dan Asahi akan masuk ke pasar air mineral dan  minuman teh.
  "Kerja sama patungan itu seiring potensi peningkatan permintaan  produk-produk itu seiring perubahan perilaku dan pilihan konsumen,  yang didorong oleh tumbuhnya segmen berpendapatan menengah serta  meningkatnya pendapatan per kapita," kata Anthoni Salim, Presiden  Direktur Indofood CBP. 
  Segmen konsumen berpendapatan menengah saat ini telah mencapai 50% dari  total penduduk Indonesia. 
  PT Garudafood Putra Putri Jaya, pesaing Indofood CBP, juga membentuk joint venture dengan  perusahaan Jepang, Suntory Beverage & Food Limited, untuk memasuki  industri minuman teh siap saji. Garudafood Putra Putri Jaya dan Suntory  Beverage & Food Limited membentuk perusahaan patungan bernama PT  Suntory Garuda Beverage.
  Suntory Garuda Beverage menargetkan pertumbuhan penjualan sebesar 5  kali lipat dalam 10 tahun sejak awal terbentuk, menurut direksi  perseroan. Proyeksi itu seiring pertumbuhan pasar minuman ringan  yang menjadi fokus bisnis Suntory Garuda.
  "Pertumbuhan pasar minuman ringan di Indonesia tak lepas dari  pertumbuhan pendapatan per kapita masyarakat, khususnya di segmen  masyarakat kelas menegah," kata Hartono Atmadja, Presiden Direktur  Suntory Garuda. (dbs)
