WELCOME TO CONSUMEDIA INDONESIA BLOGSITE


Kamis, 17 Januari 2013

Incar Perusahaan Consumer Goods Saratoga Siapkan US$ 480 Juta

PT Saratoga Investama Sedaya, perusahaan private-equity, berencana menginvestasikan dana sekitar US$ 480 juta terutama di perusahaan consumer goods, menjelang penawaran perdana saham (IPO) perseroan yang direncanakan tahun ini. 
 
Pendiri Saratoga, Edwin Soeryadjaya menyatakan langkah tersebut dilakukan memanfaatkan tingginya tingkat konsumsi pasar Indonesia, di tengah perlambatan ekonomi global yang menurunkan harga komoditas seperti batubara dan minyak sawit. 

"Saya ingin menemukan beberapa perusahaan produk konsumen," kata Edwin seperti dikutip Bloomberg

Namun, dia belum menjelaskan nama-nama perusahaan konsumen yang sedang diincar. "Mudah-mudahan bulan depan kami sudah memiliki satu atau dua (pembelian perusahaan) yang bisa diumumkan," tuturnya. Ia menjelaskan Saratoga akan bekerjasama dengan investor lain karena kesepakatan pembelian perusahaan bisa melampaui US$ 90 juta dalam satu proyek.

Saratoga didirikan oleh Edwin Soeryadjaya dan Sandiaga Uno pada 1998. Saat ini, melalui Asia Fund III, Saratoga mengelola dana sekitar US$ 600 juta. Sebesar US$ 120 juta dari dana yang dikelola telah diinvestasikan.

Peluang pertumbuhan industri consumer goods di Indonesia prospektif di 2013 seiring tingginya tingkat konsumsi pasar. Belanja konsumen di Indonesia mengambil porsi 63% dari keseluruhan perekonomian tahun lalu, menurut data pemerintah. Tingginya tingkat konsumsi di Indonesia juga ditopang besarnya jumlah konsumen kelas menengah.
 
Saat ini Indonesia merupakan ekonomi terbesar ke-16 di dunia yang ditopang 45 juta jiwa konsumen kelas menengah, menurut laporan The McKinsey Global Institute. Di 2020, konsumen kelas menengah diperkirakan mencapai 85 juta jiwa dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional 5%-6% per tahun.

Terdapat potensi peningkatan konsumen kelas menengah di Indonesia dari saat ini hingga 2020 sekitar 40 juta jiwa, atau 15% dari proyeksi total penduduk Indonesia di tahun itu sebesar 265 juta jiwa. Konsumen kelas menengah oleh McKinsey didefinisikan sebagai individual yang memiliki pendapatan US$ 3.600 per tahun.

Adhi Siswaja Lukman, Ketua Umum Gapmmi, menilai industri barang konsumsi terutama makanan dan minuman merupakan salah satu sektor yang tumbuh stabil dalam lima tahun terakhir. Industri makanan dan minuman juga memiliki margin kotor yang cukup tinggi sekitar 30%-40%. "Untuk menjaga margin kotor, produsen menaikkan harga jual mulai kuartal I 2012," ucapnya.

Namun, banyaknya komponen biaya produksi industri barang konsumsi yang naik menjadi tantangan di tahun ini. Mulai dari upah buruh yang meningkat rata-rata 40%, kenaikan harga gas, serta rencana peningkatan tarif dasar listrik. 

Menghadapi hal itu, sejumlah asosiasi industri di sektor barang konsumsi memproyeksikan rata-rata biaya produksi perusahaan consumer bisa naik 3%-10% di 2013 dibanding tahun sebelumnya.(dbs)
Comments
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...