WELCOME TO CONSUMEDIA INDONESIA BLOGSITE


Kamis, 07 Februari 2013

Nielsen: Tingkat Kepercayaan Konsumen Turun

Indeks kepercayaan konsumen Indonesia sepanjang kuartal IV 2012 mencapai 117 basis poin, turun dibanding kuartal III 2012 yakni 119 basis poin, menurut survei Nielsen.

Meski demikian, penurunan itu masih dinilai dalam batas wajar dan konsumen Indonesia cenderung masih optimistis. “Penurunan sebesar 2 poin masih menunjukkan kepercayaan konsumen stabil di 2012,” ujar Catherine Eddy, Managing Director Nielsen Indonesia. 

Dia menambahkan tingkat kepercayaan konsumen sebesar 117 basis poin di akhir 2012 menjadikan Indonesia berada di urutan ketiga negara dengan konsumen paling optimistis, di bawah India (121 basis poin), dan Filipina (119 basis poin).

Catherine menjelaskan dari 500 responden yang disurvei Nielsen Indonesia sepanjang 2012, 78% percaya bahwa kondisi keuangan mereka relative baik pada kuartal IV 2012. “Konsumen Indonesia menjadi yang paling optimistis dengan kondisi keuangan pribadi mereka di kawasan Asia Pasifi k, diikuti oleh Filipina (77%), India (76%) dan China (66%),” ujar dia.

Pada 2013, indeks kepercayaan konsumen diperkirakan stabil, bahkan cenderung meningkat. Kepercayaan konsumen yang meningkat tahun ini ditopang oleh inflasi dan harga bahan bakar minyak yang stabil.

“Salah satu hal yang ditakutkan oleh konsumen Indonesia adalah kenaikan harga bahan bakar,” ujar Eddy. Kenaikan harga bahan bakar dinilai akan berdampak pada kenaikan harga barang konsumsi. Indeks kepercayaan konsumen yang stabil tahun ini juga menciptakan peluang yang terbuka bagi penyedia jasa keuangan, produsen barang konsumsi dan jasa, serta perusahaan teknologi untuk meningkatkan pendapatan. “Yang terpenting adalah bagaimana produsen bias mengenali kebutuhan konsumen,” ujar Eddy.

Menurut survei Credit Suisse, tingkat optimisme dan kepercayaan konsumen di Indonesia pada 2013 diperkirakan melampaui China, atau tertinggi kedua, setelah Brasil. Tingkat optimism dan kepercayaan konsumen yang tinggi ditopang kenaikan pendapatan serta tingkat inflasi pangan yang rendah.

“Tingginya tingkat optimism dan kepercayaan konsumen itu terlihat dari ekspektasi kenaikan pendapatan per kapita di Indonesia,” kata Ella Nusantoro, VicePresident Equity Research PT Credit Suisse Indonesia.

Menurut hasil survei Credit Suisse, 40% total responden di Indonesia memperkirakan pendapatannya naik di atas 10% ta hun ini, 57% responden berekspektasi pendapatannya flat hingga naik 10%, dan hanya 3% responden
yang memproyeksikan pendapatannya turun hingga flat.

Sementara di China, 55% res ponden memperkirakan pendapatannya turun hingga flat, 17% responden berekspektasi pendapatannya flat hingga naik 10%, dan 27% responden memproyeksikan pendapatannya naik di atas 10%.

Kondisi serupa di China juga terjadi di India. Sebanyak 54% responden di India berekspektasi pendapatannya turun hingga flat, 18% responden memperkirakan pendapatannya flat hingga naik 10%, dan 27% responden memproyeksikan pendapatannya naik di atas 10%. “Ekspektasi yang terjadi di China dan India dipengaruhi dampak negatif krisis global,” ujar dia.

Kelas Menengah
Tingginya tingkat konsumsi di Indonesia juga ditopang besarnya jumlah konsumen kelas menengah. Menurut laporan The McKinsey Global Institute yang berjudul “The Archipelago Economy: Unleashing Indonesia’s Potential”, Indonesia saat ini merupakan ekonomi terbesar ke-16 di dunia yang ditopang 45 juta jiwa konsumen kelas menengah.
.
Di 2020, konsumen kelas menengah diperkirakan mencapai 85 juta jiwa dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional 5%-6% per tahun. Besarnya jumlah konsumen kelas menengah juga mendorong tingginya tingkat penjualan barang konsumsi harian.

Kenaikan pendapatan konsumen juga mendorong produsen barang konsumsi seperti PT Nippon Indosari Corpindo menaikkan target pertumbuhan pendapatan di 2013. Nippon Indosari, produsen roti, menargetkan pendapatan 2013 minimal mencapai Rp 1,56 triliun, atau meningkat 30% dibanding proyeksi penjualan
tahun lalu. Pertumbuhan penjualan juga didukung tren konsumsi roti sebagai makanan pengganti nasi.

“Peningkatan penjualan juga seiring ekspansi yang dilakukan perseroan pada tahun lalu dan tahun ini,” ujar Yenni Husodo. Pada tahun lalu, Nippon Indosari berekspansi dengan membangun tiga pabrik, masing-masing di Cibitung, Makassar, dan Palembang.

Sementara tahun ini perseroan berencana membangun tiga pabrik, masing-masing di Balikpapan, Pekanbaru, dan Jawa Barat. Harga saham Nippon Indosari pada penutupan perdagangan Rabu naik 50 poin (0,8%) menjadi Rp 6.050 dibanding sehari sebelumnya. (dbs)
Comments
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...