WELCOME TO CONSUMEDIA INDONESIA BLOGSITE


Senin, 11 Februari 2013

Perkembangan Baru Bisnis Ritel Modern di Indonesia

Diperoleh informasi dari website Data Consult (Business Research Studies Report), dalam periode lima tahun terakhir (2007-2011) jumlah gerai ritel modern di Indonesia mengalami pertumbuhan hingga 17,57% per tahun. Padahal tahun 2007, jumlah gerai hanya 10.365 buah dan pada tahun 2011 jumlah gerai sudah mencapai 18.152 buah yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia. 

Selain itu, diketahui bahwa jumlah gerai Hypermarket naik lebih dari 50% yakni dari hanya 99 gerai menjadi 154 gerai (2007-2011).

Berbeda dengan gerai hypermarket, pertumbuhan gerai supermarket cenderung menurun, yakni pada tahun 2007 tercatat 1.377 gerai turun menjadi sekitar 1.230 gerai (2011). Penurunan tersebut disebabkan beberapa supermarket terpaksa tutup karena kalah bersaing dengan minimarket. Sementara sebagian gerai supermarket diubah menjadi gerai hypermarket.



Kenaikan jumlah gerai terutama dipicu oleh pertumbuhan gerai minimarket, dengan pemain utama Alfamart dan Indomaret. Jika pada 2007 total gerai minimarket hanya 8.889 maka pada 2010 melonjak pesat hingga mencapai sekitar 15.538 buah. 

Dua pemain utama di bisnis minimarket ini sangat cepat pertambahan dan penyebaran outletnya, baik melalui pengelolaan sendiri maupun melalui sistem waralaba (franchise). “Perkembangan gerai minimarket memang sangat cepat. Jumlah gerai Alfamart dan Indomaret saja saat ini sudah mencapai 13.000 gerai, belum terhitung gerai minimarket lainnya,” tutur Pudjianto.

Beberapa tahun belakangan ini muncul fenomena convenience store. Meskipun di Indonesia belum ada peraturan mengenai pendirian convenience store, tetapi menurut lembaga riset Nielsen Indonesia yang dikutip dari situs Berita Bisnis, jumlah total convenience store di Indonesia dua tahun silam (toko ritel yang fokus menjual produk fast moving non sembako dan memiliki konsep gerai seperti lokasi hangout) minimal telah mencapai 450 gerai.

Bisnis ritel sebenarnya adalah usaha dengan tingkat keuntungan yang tidak terlalu tinggi, “Net income bisnis ritel itu hanya 1,5%-2%, tetapi bisnis ini memiliki tingkat likuiditas yang tinggi, karena penjualan ke konsumen dilakukan secara tunai, sementara pembayaran ke pemasok umumnya dapat dilakukan secara bertahap,” jelas Pudjianto.

Pilihan Konsumen
Hingga kini ritel tradisional masih menguasai pasar sekitar 70%, hal ini menunjukkan peluang bisnis ritel modern masih cukup menjanjikan. Selalu akan muncul dan berdiri gerai baru ritel di seluruh Indonesia, karena para pengusaha ritel makin gencar melebarkan jaringannya hingga ke berbagai daerah.

Dengan membaiknya perekonomian Indonesia, makin membaik pula tingkat daya beli dan konsumsi masyarakat Indonesia, dan hal ini juga akan mengubah gaya hidup masyarakat. “Masyarakat menginginkan tempat belanja yang lebih nyaman, aman, bersih dengan produk yang lebih berkualitas. Sangat memungkinkan ritel tradisional akan tergerus dengan keberadaan ritel modern jika tidak ada perubahaan yang dilakukan terhadap ritel tradisional,” jelas Pudjianto.

Sedangkan kriteria produk pangan yang dipilih konsumen, menurut Pudjianto yang juga menjabat sebagai Vice President Director PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk., “Konsumen tidak hanya mencari produk yang berkualitas, tetapi juga yang bergizi, dapat bermanfaat untuk kesehatan tubuh, karena itu, kami sebagai pengusaha retail juga harus benar-benar menyeleksi barang yang masuk, harus teliti terhadap produsen. Tidak hanya enak, melainkan aman dan bergizi,” jelas Pudjianto. (dbs) 

|  previous  : Semarak Bisnis Ritel di Indonesia 2013  |
Comments
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...